Pasca The Fed Naikkan Suku Bunga, Rupiah Tetap Sakti!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
28 July 2022 11:25
Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Kamis (28/7). Indeks dolar AS terkoreksi dan kian menjauhi rekor tertinggi selama dua dekade.

Melansir Refinitiv, rupiah pada sesi pembukaan perdagangan menguat tajam 0,57% ke Rp 14.925/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,3% ke Rp 14.965/US$.

Indeks dolar AS pada Rabu (27/7) berakhir terkoreksi 0,7% terhadap enam mata uang dunia lainnya. Hari ini pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS kembali melanjutkan pelemahannya menjadi 0,15% ke posisi 106,288.

Hal tersebut terjadi setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) merilis keputusan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) yang memang sudah diperkirakan pasar sebelumnya.

Kini dolar AS bergerak kian menjauhi rekor tertingginya selama 20 tahun pada pertengahan Juli lalu di 109,29.

"Dolar kehilangan sedikit ketinggian, pasar agak fokus pada komentar The Fed seputar fakta bahwa kita semakin mendekati netral," tutur Ahli Strategi FX National Australia Bank Rodrigo Catril dikutip Reuters.

Senada, Kepala Strategi Mata Uang Mizuho Securities Tokyo Masafumi Yamamoto mengatakan bahwa kini investor mengurangi posisi beli dolar AS menjelang data yang berpotensi negatif dari AS.

Dia merujuk pada rilis PDB kuartal II-2022 AS yang akan dirilis pada hari ini. Konsensus analis dari Trading Economics memprediksikan pertumbuhan ekonomi AS akan tumbuh ke 0,5%. Diketahui, PDB AS kuartal I-2022 sempat mengalami kontraksi hingga minus 1,6%.

Namun, Defisit perdagangan barang AS per Juni menyusut 5,6% menjadi US$ 98,2 miliar, terkecil sejak November 2021. Ekspor barang meningkat US$ 4,4 miliar menjadi US$ 181,5 miliar dan impor turun US$ 1,5 miliar menjadi US$ 279,7 miliar.

Maka dari itu, beberapa analis pun optimis bahwa PDB AS kuartal II-2022 masih akan tumbuh.

"Data pagi ini membuat kami lebih yakin bahwa PDB kuartal kedua tidak akan turun dalam rilis besok," kata Veronica Clark, ekonom di Citigroup New York.

Analis JPMorgan Daniel Silver bahkan memprediksikan ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan di 1,4%, lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya di 0,7%. Menurutnya penyempitan defisit perdagangan pada kuartal kedua memberikan lebih banyak dukungan untuk pertumbuhan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Terkoreksinya si greenback di pasar spot, menjadi momok untuk penguatan Mata Uang Garuda hari ini.

Namun, selisih suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia (BI) kian menipis, di mana suku bunga acuan The Fed kini berada di kisaran 2,25%-2,5%. Sedangkan suku bunga acuan BI berada di 3,5%.

Semakin menipisnya spread suku bunga acuan, tentunya berpotensi menjadi katalis negatif bagi Indonesia karena dapat memicu capital outflow.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular