Gerak Emas Tak Wajar, Malah Naik Jelang Pengumuman The Fed
Jakarta, CNBC Indonesia - Kilau emas makin bersinar. Pada perdagangan Rabu (27/7/2022) pukul 15:12 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.722,19 per troy ons. Harga emas menguat tipis 0,30%.
Dalam sepekan, harga emas masih menguat 1,5% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas sudah amblas 5,5% sementara dalam setahun merosot 4,3%.
Penguatan emas menjelang pengumuman kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) bukan hal yang biasa terjadi. Emas biasanya terkapar menjelang pengumuman The Fed karena kuatnya dollar AS.
Namun, dollar AS justru ambruk menjelang pengumuman The Fed. Dollar index pada siang hari ini tercatat 107, turun 0,18% dibandingkan hari sebelumnya.
Analis AirGuide, Michael Langford, mengatakan emas menguat karena pasar sudah menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap kenaikan suku bunga acuan The Fed pada pekan ini. Pelemahan dollar AS juga menopang pergerakan emas hari ini.
Pelaku pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada Kamis besok (28/7/2022). Namun, Langford mengingatkan harga emas kemungkinan akan melandai karena The Fed masih akan agresif ke depan.
"Kenaikan suku bunga acuan akan terus berlanjut hingga tiga bulan mendatang. Kondisi ini akan membuat emas terus tertekan karena trader dan investor akan memilih dollar AS. Emas bisa jatuh ke bawah US$ 1.700 per troy ons," tutur Langford, seperti dikutip dari Reuters.
Analis OANDA Edward Moya mengatakan penguatan emas juga dibantu oleh meningkatnya kekhawatiran resesi.
Ancaman resesi semakin meningkat setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas kembali proyeksi pertumbuhan global menjadi 3,2% pada tahun ini. IMF sudah memangkas proyeksi pertumbuhan global sebanyak tiga kali pada tahun ini.
Ancaman resesi di AS juga meningkat menyusul masih buruknya data kepercayaan konsumen Negara Paman Sam. Indeks Kepercayaan Konsumen AS jatuh ke posisi 95,7 pada Juli. Level tersebut adalah yang terendah sejak Februari 2021. Indeks juga sudah jatuh selama tiga bulan beruntun.
"Kekhawatiran resesi, isu geopolitik dan krisis energi akan mendorong permintaan akan aset aman seperti emas," tutur Moya, kepada Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)