Ini Bukti Harga Terigu Jadi Penahan Laba Bersih Sari Roti
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) membukukan kinerja yang lebih baik di kuartal II-2022 dibandingkan periode yang sama 2021. Laba bersih perseroan tercatat tumbuh moderat sekitar 13% yang ditopang oleh kenaikan penjualan dan penurunan beban keuangan perseroan.
Namun demikian, pertumbuhan laba bersih yang relatif moderat tersebut dipicu oleh kenaikan harga bahan baku, yaitu terigu. Di mana perang Rusia-Ukraina membuat harga terigu menjadi melambung.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), laba emiten dengan kode saham ROTI ini naik 12,72% menjadi Rp 137,29 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih perseroan tercatat senilai Rp 121,79 miliar.
Sementara itu, kinerja top line perusahaan juga tercatat mengalami pertumbuhan meski tidak begitu signifikan. Pos pendapatan tercatat naik 15,10% menjadi Rp 1,79 triliun pada kuartal II-2022, dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,56 triliun.
Kontributor penjualan terbesar Sari Roti, produk yang dijual Nippon Indosari, datang melalui dua jaringan ritel terbesar yaitu Indomaret dan Alfamart. Penjualan dari Indomaret atau lewat PT Indomarco Prismatama mencapai Rp 658,94 miliar. Sementara itu dari Alfamart atau PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk sebesaar Rp 411,66 miliar.
Kontribusi dua gerai ritel ini mencapai Rp 1,07 triliun dari total nilai penjualan atau setara 59,75%.
Lalu dari pos beban pokok penjualan, tercatat juga mengalami kenaikan 23,76% menjadi Rp 871,74 miliar. Pos ini pada 2021 tercatat sebesar Rp 704,4 miliar.
Kenaikan beban pokok penjualan ini dipicu oleh kenaikan bahan baku pembuatan roti dan kemasannya. Dari laporan keuangan perseroan tampak dana yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan kemasan mencapai Rp 552,46 miliar.
Angka tersebut meningkat dari Rp 419,68 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Ini menunjukkan kenaikan harga bahan baku, khususnya terigu menjadi pemicu utama kenaikan beban pokok penjualan perseroan.
Dalam catatan laporan keuangan perseroan juga disebutkan, dampak risiko harga komoditas yang dihadapi, terutama sehubungan dengan pembelian bahan baku utama seperti tepung terigu dan coklat.
Harga bahan baku tersebut secara langsung dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas serta tingkat permintaan dan penawaran di pasar.
(hps/vap)