
Investor Akhirnya Buru Kembali SBN, Harganya Menguat

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (25/7/2022), menandakan bahwa investor cenderung memburu SBN hari ini di tengah kondisi global yang masih belum pasti.
Investor yang kembali memburu SBN ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) yang terjadi di sebagian besar SBN acuan pada hari ini. Hanya SBN tenor 3 dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 3 tahun meningkat signifikan sebesar 30,4 basis poin (bp) ke posisi 4,855%. Sedangkan yield berjangka waktu 25 tahun menguat 3,1 bp ke 7,651%.
Sedangkan untuk yield SBN berjangka panjang yakni tenor 30 tahun cenderung stagnan di posisi 7,452% pada perdagangan hari ini.
Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik melandai 5 bp ke 7,442%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Adapun dari selisih (spread) antara yield SBN tenor 10 tahun dengan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tenor yang sama pada hari ini mencapai 463,9 bp, cenderung menyempit dari sebelumnya pada akhir pekan lalu sebesar 471 bp.
Masih dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung meningkat pada hari ini, karena investor bersiap untuk minggu besar rilis pendapatan perusahaan dan keputusan kebijakan moneter terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun naik tipis 0,2 bp ke posisi 2,993% pada hari ini pukul 06:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan akhir pekan lalu di 2,991%.
Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS menguat 2,2 bp ke 2,803% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan akhir pekan lalu di 2,781%.
Saat ini, spread antara yield Treasury tenor 2 tahun dengan 10 tahun sebesar 19 bp, tinggal sedikit lagi untuk keduanya menghilangkan fenomena inversi yield.
Meski begitu, yield Treasury tenor 2 tahun masih lebih tinggi dari yield Treasury tenor 10 tahun, di mana hal ini ditandai oleh pelaku pasar sebagai sinyal resesi yang akan datang.
Pelaku pasar global menantikan keputusan kebijakan moneter terbaru The Fed yang akan dirilis pekan ini pada 26-27 Juli 2022 waktu setempat.
Pasar memprediksikan bahwa The Fed akan kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga 75-100 basis poin (bp) untuk meredam angka inflasi yang kembali melonjak. Inflasi per Juni 2022 melesat ke 9,1% dan menjadi angka inflasi terbesar sejak 4 dekade lalu.
Jika The Fed sungguh-sungguh menaikkan suku bunga acuannya pekan ini, maka gejolak pasar keuangan masih akan terjadi. Apalagi ditambah dengan potensi resesi karena perang Rusia-Ukraina belum usai.
Saat ini, suku bunga AS berada di 1,5-1,75%, jika The Fed kembali menaikkan suku bunga di bulan ini sebesar 75 bp maka suku bunga AS akan berada di kisaran 2,25-2,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi