Sukses Menguat, Rupiah Nyaris ke Bawah Rp 15.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 July 2022 15:27
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (22/7/2022) sehari setelah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07%, sebelum berbalik melemah tipis 0,03% ke Rp 15.035/US$. Rupiah perlahan bangkit hingga menyentuh Rp 15.000/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 15.015/US$, menguat 0,1%.

Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, BI masih mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah sepanjang sejarah 3,5%. Padahal banyak analis yang memprediksi BI akan menaikkan suku bunga. Dengan demikian, sudah 18 bulan suku bunga tersebut tidak berubah.

"Rapat Dewan Gubernur Juli 2022 memutuskan mempertahankan (BI) 7- Day Reverse Repo rate (BI 7-DRR) pada level 3,5%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).

Sementara itu suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

BI sudah 18 bulan mempertahankan suku bunga di rekor terendah tersebut. Meski demikian, BI juga sudah mengurangi likuiditas dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) hingga September nanti.

Selain itu, BI mendorong kenaikan suku bunga antar bank untuk tenor lebih dari satu pekan. BI juga mengatakan akan menjual Surat Berharga Negara (SBN) guna menyerap likuiditas.

Perry sendiri optimistis posisi rupiah akan membaik di akhir tahun ini.

"Nilai tukar rupiah pada 2022 akan mendekati kisaran atas Rp 14.300 - Rp 14700/ US$," kata Perry Warjiyo dalam rapat Banggar, dikutip Jumat (22/7/2022).

Perkiraan ini ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang rendah dan cadangan devisa yang mencukupi serta langkah kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah, baik di pasar spot, SBN maupun DNDF.

Transaksi berjalan di tahun 2022 diperkirakan dalam kisaran surplus 0,3% sampai dengan defisit 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Perry memperkirakan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia pada Kuartal II-2022 surplus. Ini ditopang lonjakan harga komoditas internasional.

"Lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, sejalan dengan masih tingginya harga komoditas global," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).

Adapun posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2022 tercatat sebesar US$ 136,4 miliar setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Dengan cadangan devisa yang cukup besar tersebut, BI tentunya mampu melakukan intervensi guna menstabilkan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular