
Makin Lemah, Rupiah Kini Tembus Rp 15.035/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih tertahan di atas Rp 15.000/US$ di awal perdagangan Jumat (22/7/2022). Rupiah kini menyentuh level terlemah baru dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Saat pembukaan perdagangan, rupiah langsung menguat tipis 0,07%, sebelum kemudian terpangkas dan berbalik melemah 0,03% ke Rp 15.035/US$ pada pukul 9:07 WIB di pasar spot. Posisi tersebut merupakan titik terlemah sejak 6 Mei 2020.
Melihat pergerakan di pasar non-deliverable forward (NDF) rupiah terlihat masih belum akan bergerak jauh. Posisi rupiah pagi ini di pasar NDF lebih kuat ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Kamis kemarin.
Periode | Kurs Kamis (21/7) pukul 15:13 WIB | Kurs Jumat (22/7) pukul 8:58 WIB |
1 Pekan | Rp15.033,2 | Rp15.023,3 |
1 Bulan | Rp15.103,4 | Rp15.072,0 |
2 Bulan | Rp15.142,2 | Rp15.115,0 |
3 Bulan | Rp15.178,0 | Rp15.155,0 |
6 Bulan | Rp15.255,3 | Rp15.271,5 |
9 Bulan | Rp15.330,4 | Rp15.292,0 |
1 Tahun | Rp15.428,6 | Rp15.414,9 |
2 Tahun | Rp15.785,0 | Rp15.852,5 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Rupiah mengalami tekanan setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya kemarin.
"Rapat Dewan Gubernur Juli 2022 memutuskan mempertahankan (BI) 7- Day Reverse Repo rate (BI-7DRR) pada level 3,5%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).
Sementara itu suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
Di sisi lain, bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pada pekan depan.
The Fed sejauh ini sudah 3 kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%, dan pekan depan diperkirakan akan menaikkan 75 hingga 100 basis poin.
Bank sentral paling powerful di dunia ini juga menegaskan akan terus menaikkan suku bunga di sisa tahun ini hingga diproyeksikan menjadi 3,5% - 3,75%.
Dengan demikian, semakin lama BI mempertahankan suku bunga maka selisihnya dengan The Fed akan semakin menyempit. Ada risiko capital outflow, khususnya di pasar obligasi akan terus terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
