
Terungkap! Rahasia BI Tak Mau Kerek Suku Bunga Acuan Kayak AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masuk bagian dari sedikit negara yang tidak menaikkan suku bunga acuan seperti Amerika Serikat (AS) dan lainnya. Bank Indonesia (BI) 7- Day Reverse Repo rate (BI-7DRR) tetap ditahan pada level 3,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan mempertahankan BI7DRR konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga, di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap kondisi dalam negeri.
"Kita mempertimbangkan stabilitas dan growth," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).
Perry menjelaskan, inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada bulan Juni tercatat 4,35% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,55% (yoy).
Menurut Perry, inflasi IHK yang mencapai 4,35% tersebut diakibatkan volatile food sebagai dampak harga pangan global dan gangguan mata rantai pasokan. Serta disebabkan karena harga energi dan listrik yang tidak disubsidi juga ikut naik.
Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63% (yoy), kata Perry menunjukkan permintaan di dalam negeri meskipun meningkat, namun diimbangi dengan peningkatan produktivitas. "Ini kenapa inflasi inti masih terkelola," jelas Perry.
"Ini mewarnai perkiraan kita ke depan. Tekanan inflasi ke depan bersumber dari penawaran, dari harga pangan dan energi yang tidak disubsidi," kata Perry melanjutkan.
Dengan perkembangan harga komoditas dunia yang terus naik, BI juga memperkirakan inflasi di tanah air hingga akhir tahun bisa lebih tinggi dari 4,2%.
"Bisa mencapai 4,5% hingga 4,6% karena kenaikan harga pangan dan energi yang tak disubsidi pemerintah. Inflasi inti masih dibatas sasaran 2% sampai 4%, dalam arti belum melebihi 4%," jelasnya.
Kendati demikian, Perry mengungkapkan meskipun BI7DRR tetap dipertahankan pada level 3,5% BI akan terus melakukan normalisasi dan respon kebijakan moneter.
"Stabilisasi nilai tukar untuk pengendalian inflasi, memperkuat operasi moneter untuk langkah preemptive untuk mitigasi ekspektasi dan inflasi inti ke depan melalui struktur bunga di pasar uang dan penjualan SBN di pasar sekunder," jelas Perry.
Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
Sementara itu, perbaikan ekonomi domestik diperkirakan terus berlanjut, meskipun dampak perlambatan ekonomi global perlu tetap diwaspadai.
Perekonomian domestik pada triwulan II 2022 diperkirakan terus melanjutkan perbaikan, ditopang oleh peningkatan konsumsi dan investasi nonbangunan serta kinerja ekspor yang lebih tinggi dari proyeksi awal.
"Berbagai indikator dini pada Juni 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi domestik," jelas Perry.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun! BI Rate Tetap di Level 6%
