Nih! Jurus BI Tahan Dana Asing Kabur & Jaga Rupiah Tak Jeblok
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) siap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian global. Salah satunya adalah dengan penjualan surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
"Upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah kami melakukan penjualan SBN di pasar sekunder dan akan berdampak pada kenaikan yield di pasar," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022)
Nilai tukar Rupiah sampai dengan 20 Juli 2022 terdepresiasi 4,90% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 6,41%, India 7,07%, dan Thailand 8,88%.
Memasuki triwulan III 2022 (hingga 19 Juli 2022), investasi portofolio mencatat net outflow sebesar 2,0 miliar dolar AS sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi.
Indonesia membutuhkan yield yang kompetitif untuk menarik investor bertahan dan masuk kembali ke Indonesia. Mengingat aliran modal bergerak deras keluar alias (outflow) seiring dengan pengetatan kebijakan moneter global, terutama Amerika Serikat (AS).
Dengan demikian, meskipun Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan dengan agresif, Bank Indonesia bisa tetap menahan suku bunga di level 3,5%. Sementara dalam rangka mempersempit selisih yield dengan US Treasury, dilaksanakan kebijakan penjualan SBN.
"Jadi mohon jangan kemudian dipersepsikan FFR naik, BI rate naik. Karena pengaruhnya ke yield UST dan perbandingannya ke yield SBN," tegas Perry
(mij/mij)