Siap-siap BI Umumkan Suku Bunga, Nasib Rupiah Bagaimana?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah gagal mencatat penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin setelah melemah 0,07% ke Rp 14.985/US$. Pada perdagangan Kamis (21/7/2022) pasar berfokus pada pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah sama kuat di antara yang memperkirakan kenaikan dan yang mempertahankan suku bunga acuan.
Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, tujuh memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini. Sementara tujuh lainnya memperkirakan BI tetap mempertahankan BI 7-DRR sebesar 3,5%.
Jika BI menaikkan suku bunga maka kenaikan tersebut akan menjadi pertama kalinya dalam kurun waktu 3,5 tahun lebih.
Sementara itu, jika BI tetap mempertahankan suku bunga acuan maka BI-7DRR sebesar 3,5% akan bertahan selama 18 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.
Kenaikan suku bunga bisa memberikan sentimen positif ke rupiah, di sisi lain momentum pertumbuhan ekonomi akan sedikit tertahan.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan melihat rupiah dalam 3 hari terakhir menguat dan melemah tipis-tipis saja. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sejak saat itu rupiah terus tertekan hingga sempat menembus level psikologis Rp 15.000/US$ pada Rabu (6/7/2022) lalu dan masih menjadi resisten di pekan ini. Jika pekan ini ditembus, dan tertahan di atasnya rupiah tentunya akan melemah lebih jauh. Rp Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan FibonacciRetracement50% akan menjadi resisten kuat selanjutnya yang bisa menahan pelemahan rupiah.
Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 15.000/US$, rupiah berpeluang menguat melihat indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli memberikan peluang penguatan rupiah. Apalagi pada Rabu (6/7/2022) rupiah juga membentuk pola Shooting Star yang biasanya menjadi sinyal pembalikan arah.
Support pekan ini berada di kisaran Rp 14.950/US$ hingga Rp 14.930/US$. Jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.900/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka peluang penguatan lebih jauh di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)