China Buang Rp 1.500 Triliun Obligasi AS, Pertanda Apa?

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
20 July 2022 11:00
Surplus Perdagangan China Tembus USD 97,94 M Pada Juni
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - China menjadi salah satu negara yang memiliki obligasi Amerika Serikat (Treasury) yang terbesar di dunia. Namun, saat ini negra tirai bambu tersebut telah mengurangi kepemilikannya.

Sebenarnya, aksi China melepas Treasury sudah dimulai dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak Amerika Serikat mengobarkan perang dagang saat dipimpin Presiden ke-45 Donald Trump. Sejak saat itu, kepemilikan Treasury China terus mengalami penurunan.

Saat ini, Kepemilikan Treasury China sudah di bawah US$ 1 triliun. Angka tersebut merupakan jumlah terendah dalam setahun terakhir. Sehingga, saat ini Jepang menjadi negara dengan kepemilikan Treasury paling banyak di dunia, senilai US$ 1,2 triliun.

Data dari Departemen Keuangan Amerika Serikat menunjukkan pada akhir Mei China memiliki Treasury sebesar US$ 980 miliar atau turun sekitar US$ 23 miliar dari bulan sebelumnya, dan hampir US$ 100 miliar atau 9% dibandingkan Mei 2021. Atau dalam 1 tahun, China sudah "membuang" Treasury sekitar Rp 1.500 triliun (kurs Rp 15.000/US$/US$).

China semakin agresif melepas kepemilikan Treasury di tahun ini setelah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga dengan sangat agresif guna meredam kenaikan inflasi.

Pada semester I-2022, suku bunga dinaikkan sebanyak 3 kali dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%. Ketua The Fed, Jerome Powell bahkan terang-terangan mengatakan akan menaikkan lagi sebesar 50 - 75 basis poin di bulan ini.

Bahkan, dengan inflasi yang meroket ke 9,1% year on year (yoy) pada bulan Juni lalu, pasar melihat The Fed berpeluang menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin. Kenaikan suku bunga yang agresif, imbal hasil (yield) Treasury jadi ikut menanjak. Pada pertengahan Juni lalu, yield Treasury tenor 10 tahun bahkan sempat menyentuh 3,5% tertinggi sejak April 2011.

Ketika yield Treasury menanjak, artinya harga obligasi mengalami penurunan. Hal ini membuat pemegang Treasury mengalami capital loss. Hal ini membuat China semakin agresif "membuang" Treasury.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China 'Buang' Rp 1.500 Triliun Obligasi Amerika, Sinyal Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular