
Investor Terus Melepas SBN, Harganya Kembali Melemah

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (19/7/2022), di tengah masih naiknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari ini.
Mayoritas investor kembali melepas SBN hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor. Hanya SBN berjangka panjang yakni 30 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 30 tahun turun tipis 0,2 basis poin (bp) ke posisi 7,453% pada perdagangan hari ini. Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara melanjutkan penguatan sebesar 3 bp ke 7,416% pada perdagangan hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Saat ini, fokus pelaku pasar global tertuju pada data inflasi dari Zona Euro. Berdasarkan data awal inflasi di zona euro pada bulan Juni tercatat melesat 8,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Data final inflasi di blok 19 negara tersebut akan dirilis pada malam hari ini dan diperkirakan akan lebih tinggi lagi menjadi 8,6% (yoy), berdasarkan konsensus Trading Economics.
Dengan inflasi yang semakin tinggi, ada kemungkinan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Risiko resesi pun semakin membesar. Selain itu, pelaku pasar di dalam negeri menanti hasil rapat dari Dewan Gubernur BI pada 20 dan 21 Juli mendatang.
Pasar akan melihat apakah Gubernur BI, Perry Warjiyo dan kolega akan menaikkan suku bunga acuannya BI 7-Day Reverse Repo Rate, atau masih mempertahankannya di rekor terendah sepanjang sejarah 3,5%.
Sejauh ini, BI masih enggan menaikkan suku bunga, sebab inflasi inti di dalam negeri masih rendah, begitu juga nilai tukar rupiah yang masih di bawah Rp 15.000/US$.
Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung menguat pada hari ini, di tengah sikap investor yang menanti rilis kinerja keuangan perusahaan di AS pada kuartal II-2022 dan sentimen berombak di Wall Street.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun naik 2,6 bp ke posisi 2,986% pada hari ini pukul 06:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Senin kemarin di 2,96%.
Adapun untuk yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun hingga kini masih lebih tinggi dari yield Treasury tenor 10 tahun. Yield Treasury tenor 2 tahun juga naik 1,3 bp ke 3,173%, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 3,16%.
Inversi kurva yield atau ketika yield obligasi pemerintah jangka pendek lebih tinggi dari jangka panjang, sering dilihat oleh pasar sebagai tanda bahwa resesi akan datang.
Pelaku pasar ada yang percaya bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) bakal melunak dan kembali mendongkrak suku bunga 75 bp, tetapi ada yang masih percaya bahwa The Fed masih akan agresif menaikkan suku bunga hingga 100 bp.
Wall Street Journal (WSJ) melaporkan The Fed berada di jalur untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuannya di akhir bulan ini, daripada kenaikan 100 bp seperti yang diperkirakan beberapa analis.
Kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius juga mengatakan dalam catatan semalam bahwa dia memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga tiga perempat poin.
Namun, kekhawatiran resesi masih membayangi dalam beberapa pekan terakhir karena Wall Street mempertimbangkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, suku bunga yang meningkat tajam dan sinyal kurva imbal hasil terbalik.
"Pasar kemungkinan akan tetap bergejolak dalam beberapa bulan mendatang dan perdagangan berdasarkan harapan dan ketakutan tentang pertumbuhan ekonomi dan inflasi," Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi