Kabar Buruk! Bitcoin Diramal Jeblok ke US$ 13.000/Koin!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 July 2022 16:20
Harga Bitcoin anjlok
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren penurunan harga bitcoin tampaknya masih belum akan berakhir. Dalam beberapa hari terakhir mata uang kripto dengan kapilatlitasi pasar terbesar di dunia ini bergerak di kisaran US$ 20.000/koin, tetapi banyak yang memprediksi nilainya akan merosot hingga ke US$ 13.000/US$ atau sekitar 30% lagi.

Melansir data Coin Market Cap, pada Minggu (17/7/2022) pukul 14:16 WIB, bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 21.341/koin, naik lebih dari 3% dalam 24 jam terakhir.

Bank investasi JP Morgan menjadi salah satu yang memprediksi bitcoin akan jeblok ke US$ 13.000/koin, alasannya karena biaya penambangan sudah turun tajam.

Berdasarkan estimasi JP Morgan, biaya penambangan untuk 1 bitcoin sudah turun lebih dari US$ 10.000/koin dari sebelumnya US$ 24.000/koin.

"Penurunan biaya penambangan hampir seluruhnya terjadi akibat turunnya penggunaan listrik seperti yang terlihat pada Cambride Bitcoin Electricity Consumption Index (CBECI). Penurunan menjadi US$ 13.000 akan merepresentasikan kemerosotan harga bitcoin sekitar 35% dari kisaran US$ 20.000/koin saat ini," kata tim analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou, sebagaimana dilansir Forbes, Sabtu (16/7/2022).

Sebelum JP Morgan, beberapa analis juga melihat Bitcoin akan jeblok ke kisaran US$ 13.000/koin, sebabnya karena faktor perekonomian global, teknikal dan beberapa perusahaan kripto yang bangkrut memberikan sentimen negatif.

Isu resesi membuat bitcoin terus merosot. Beberapa melihat mata uang kripto berkorelasi positif terhadap pasar saham Amerika Serikat (Wall Street) yang juga jeblok.

Bitcoin dikatakan baru akan mencapai level bottom, artinya tren penurunannya berakhir ketika inflasi di Amerika Serikat bisa dikendalikan, dan tidak terjadi resesi yang parah.

"Saya pikir ketika inflasi terkendali, perekonomian juga terkendali, tidak ada resesi yang parah, maka pasar akan mulai stabil," kata CK Zheng, co-founder hedge fund kripto, ZX Squared, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (14/7/2022).

Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) meroket 9,1% year-on-year (yoy) pada Juni, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 8,6% dan ekspektasi Dow Jones 8,8%.

Bank sentral AS (The Fed) di bawah pimpinan Jerome Powell berencana menaikkan suku bunga 50 - 75 basis poin di bulan ini. Namun, pasar kini melihat bank sentral paling powerful di dunia ini akan menaikkan 100 basis poin.

Semakin tinggi suku bunga dinaikkan maka resesi akan semakin cepat terjadi.

"Jika kita melihat tanda-tanda inflasi melandai dalam beberapa bulan ke depan, itu akan memberikan kepercayaan di pasar jika bottom sudah tercapai di semua aset berisiko, termasuk saham dan kripto," kata Vijay Ayyar, vice presiden bursa kripto Luno, sebagaimana dilansir CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Kripto, Dari Bullish Sampai Disebut "Bullshit"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular