Inflasi & Resesi Kian Nyata, Tapi Bitcoin cs Malah Menghijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas kripto utama kembali menghijau pada perdagangan Jumat (15/7/2022), meski sentimen inflasi masih hadir di pasar keuangan global hingga hari ini.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, Bitcoin menguat 1,39% ke harga US$ 20.533,08/koin atau setara dengan Rp 307.585.538/koin (asumsi kurs Rp 14.980/US$), sedangkan Ethereum melejit 7,65% ke posisi US$ 1.197,82/koin atau Rp 17.943.344/koin.
Sedangkan beberapa koin digital (token) alternatif (alternate coin/altcoin) seperti Solana melompat 6,45% ke US$ 37,2/koin (Rp 557.256/koin) dan XRP melonjak 6,87% ke US$ 0,3451/koin (Rp 5.170/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.
![]() |
Bitcoin cenderung bertahan di zona psikologis US$ 20.000 pada hari ini, setelah Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Christopher Waller mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin (bp) pada Juli, meredakan kekhawatiran kenaikan 100 bp yang lebih besar untuk memerangi inflasi yang tinggi.
Sentimen terkait inflasi yang mengganas masih menjadi salah satu faktor yang menggerakkan pasar keuangan AS maupun global.
Ancaman inflasi yang membuat ekonomi bisa mengalami overheating kian nyata dan memicu penurunan harga aset-aset berisiko seperti saham dan kripto, meski di kripto masih cenderung menguat.
Inflasi yang memanas juga berdampak pada pasar obligasi AS dan mengirim imbal hasil (yield) obligasi tenor 2 tahun naik 9 basis poin (bp) ke 3,138%, sedangkan yield obligasi tenor 10 tahun jatuh 4 bps ke 2,919%.
Kurva terbalik tersebut biasanya memberikan sinyal akan terjadinya resesi. Data inflasi juga membuka peluang untuk The Fed menaikkan suku bunga acuan, di mana pasar memprediksikan adanya kenaikan sebesar 1% atau 100 bp.
"Kesimpulan untuk investor adalah kebijakan The Fed akan tetap bergantung pada data dan The Fed akan melanjutkan jalur pengetatan yang agresif sampai tekanan inflasi memuncak dengan pasti," tulis analis BCA Research di dalam risetnya dikutip CNBC International.
Dia juga menambahkan bahwa tekanan harga yang terus menerus akan menyebabkan kenaikan suku bunga acuan yang besar pada pertemuan selanjutnya di 26-27 Juli.
Berdasarkan data FedWatch, pelaku pasar kini memperkirakan bank sentral AS bakal makin hawkish dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bp dengan probabilitas 47,6%.
Namun, Gubernur The Fed Waller tetap mendukung kenaikan suku bunga sebesar 75 bp, meski pihaknya masih melihat data-data penting lainnya.
"Saya mendukung kenaikan 75 basis poin pada pertemuan FOMC berikutnya," kata Waller dalam sambutannya di sebuah acara di Victor, Idaho.
"Namun, hal tersebut tergantung pada hasil dari data terbaru yang masuk nantinya. Kami memiliki rilis data penting tentang penjualan ritel dan perumahan sebelum pertemuan Juli. Jika data itu masuk secara material lebih kuat dari yang diharapkan, maka hal itu akan membuat saya condong ke arah kenaikan yang lebih besar pada pertemuan Juli mendatang," tambah Waller.
Saat inflasi AS terbaru dirilis, pasar kripto hanya terpengaruh sedikit dan tetap menguat meski pergerakannya masih cenderung terbatas.
Bitcoin dan kripto lainnya sudah berjuang cukup keras sepanjang tahun ini, karena kondisi makroekonomi yang kembali memburuk. Selain itu, banyak perusahaan kripto yang salah menerapkan strategi investasinya membuat pasar kripto dilanda krisis dan semakin merana.
Beberapa perusahaan yang menjadikan krisis kripto semakin parah yakni perusahaan crypto lending Celsius Network dan perusahaan dana lindung nilai (hedge fund) kripto, Three Arrows Capital (3AC). Keduanya dikabarkan memiliki eksposur token Terra yang sudah bermasalah sejak Mei lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Kripto Bergairah Lagi, Bitcoin Mencoba Menembus US$ 21.000
(chd/vap)