The Fed Diramal Kerek Bunga 100 Bps, Rupiah Melemah Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 14/07/2022 15:02 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (14/7/2022), dan masih bergerak di dekat Rp 15.000/US$. Inflasi di Amerika Serikat yang meroket memberikan tekanan bagi rupiah, tetapi masih mampu memberikan perlawanan ke dolar AS.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,03% di Rp 14.990/US$, setelahnya 0,05% ke Rp 14.978/US$.

Rupiah mampu menguat cukup lama, sebelum kembali melemah dan berakhir di Rp 14.990/US$, sama dengan posisi pembukaan.


Dari dalam negeri, pelaku pasar kini menanti rilis data neraca perdagangan Indonesia Jumat besok. Maklum saja, surplus sudah dicatat dalam 25 bulan beruntun, dan mampu mendorong transaksi berjalan juga surplus. Hal ini membuat pasokan devisa ke dalam negeri menjadi besar dan menjaga stabilitas rupiah.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni akan mencapai US$ 3,42 miliar. Surplus tersebut melonjak dibandingkan yang tercatat pada Mei yakni US$ 2,89 miliar.

Artinya, neraca perdagangan akan surplus 26 bulan beruntun.

Sementara itu, inflasi di Amerika Serikat masih belum menunjukkan tanda-tanda melandai, bahkan terlihat makin lepas kendali. Padahal The Fed sudah 3 kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) meroket 9,1% year-on-year (yoy) pada Juni, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 8,6% dan ekspektasi Dow Jones 8,8%.

The Fed di bawah Jerome Powell berencana menaikkan suku bunga 50 - 75 basis poin di bulan ini. Namun, pasar kini melihat bank sentral paling powerful di dunia ini akan menaikkan 100 basis poin.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 80% The Fed akan menaikkan suku bunga 100 basis poin menjadi 2,5% - 2,75% pada rapat kebijakan moneter 2 pekan ke depan.

Foto: FedWatch CME Group

Andrew Brenner, kepala aset fixed income internasional di National Alliance Securities mengatakan presiden The Fed wilayah Atlanta, Raphael Bostic yang menyatakan inflasi 9,1% menjadi perhatian, dan semua kemungkinan kenaikan suku bunga bisa terjadi.

Apalagi sebelumnya ada bank sentral Kanada yang memberikan kejutan kenaikan 100 basis poin.

"Anda sudah melihat bank sentral Kanada, sebelumnya kuat diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75 basis poin, yang terlihat sangat agresif. Tetapi, tiba-tiba mereka menaikkan 100 basis poin," kata Brenner sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (13/7/2022).

Dengan ekspektasi tersebut, dolar AS semakin menjadi primadona. Fakta rupiah masih mampu menguat pagi ini kemungkinan karena ada intervensi dari Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas rupiah.

Seperti diketahui BI memiliki kebijakan triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, domestic NDF, dan pasar SBN guna menjaga stabilitas rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS