Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Cenderung Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 July 2022 18:42
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (13/7/2022), jelang rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) pada periode Juni 2022.

Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam hari ini, di mana SBN tenor 1, 3, 10, dan 20 tahun diburu oleh investor ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) dan menguatnya harga.

Sedangkan di SBN berjatuh tempo 5, 15, 25, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menjadi yang paling besar penurunannya pada hari ini, yakni turun 3 basis poin (bp) ke 7,24%.

Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 5 tahun menjadi yang paling besar kenaikannya pada hari ini, yakni naik 2,1 bp ke 6,26%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung kembali melandai pada hari ini, di mana investor menanti rilis data inflasi terbaru periode bulan lalu.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun turun 0,6 bp ke posisi 2,952% pada hari ini pukul 06:45 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Selasa kemarin di 2,958%.

Meski cenderung melandai, tetapi inversi yield antara Treasury tenor 2 tahun dengan Treasury 10 tahun masih terjadi hingga hari ini. Yield Treasury tenor 2 tahun juga melandai 1 bp menjadi 3,033%, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 3,043%.

Pelaku pasar di AS dan global sedang menanti data inflasi AS periode Juni lalu yang akan dirilis pada pagi hari ini waktu AS atau malam waktu Indonesia.

Inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada bulan lalu diperkirakan akan menyentuh 8,8% pada bulan lalu.

Jika angka inflasi melonjak, maka akan membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya secara agresif sebesar 75 basis poin (bp) di pertemuan selanjutnya pada 24-25 Juli.

Bulan lalu, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya ke kisaran 1,5%-1,75% dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular