Rupiah Terbaik Kedua di Asia Meski Gagal Cetak Hat-trick!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 July 2022 15:15
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (12/7/2022) setelah mampu menguat 2 hari beruntun. Dolar AS yang perkasa membuat rupiah tak mampu mencetak hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.980/US$. Sempat menguat tipis 0,05%, rupiah kemudian melemah ke Rp 14.992/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.985/US$, melemah 0,1% di pasar spot.

Meski melemah, rupiah hari ini menjadi yang terbaik kedua di Asia, sebab semua mata uang utama mengalami pelemahan kecuali yen Jepang yang menguat 0,12%.

Hingga pukul 15:08 WIB, pelemahan yen menjadi yang paling kecil.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia sore ini.

Dolar AS saat ini semakin perkasa. Awal pekan kemarin indeks dolar AS melesat nyaris 1% ke level 108 untuk pertama kalinya sejak 28 Oktober 2022.

Penguatan tersebut ditopang data yang dirilis dari Amerika Serikat Jumat pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih kuat meski bank sentral AS (The Fed) agresif menaikkan suku bunga.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Juni perekonomian mampu menyerap 372.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP), jauh lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebesar 250.000 tenaga kerja.

Sementara itu tingkat pengangguran tetap 3,6%, dan rata-rata upah per jam naik 5,2% year-on-year (yoy), juga lebih tinggi dari estimasi Dow Jones 5% (yoy).
Dengan kuatnya pasar tenaga kerja, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan kembali mengerek suku bunga 75 basis poin di bulan ini.

"Kenaikan rata-rata upah memberikan arti The Fed akan semakin agresif dalam beberapa bulan ke depan," kata Andrew Hunter, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (8/7/2022).

Selain itu, sentimen pelaku pasar yang memburuk membuat dolar AS semakin menjadi primadona. Beberapa kota di China melakukan pembatasan karena lonjakan kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) Pembatasan dari penghentian bisnis hingga lockdown dengan tujuan untuk mengendalikan infeksi baru.

Ditambah dengan pusat komersial Shanghai bersiap untuk melakukan pengujian massal lainnya setelah mendeteksi sub-varian BA.5 Omicron.

China yang kembali melakukan lockdown membuat outlook perekonomian negara tersebut masih suram, pelambatan ekonomi bisa kembali terjadi dan berdampak ke negara lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular