
Jeblok Lagi! Dolar Singapura Nyaris Tembus Rp 10.600

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melawan rupiah mulai lepas dari rentang Rp 10.650 - Rp 10.750/US$ setelah merosot tajam awal pekan kemarin. Sebelumnya dalam 3 pekan terakhir dolar Singapura selalu bergerak naik turun dalam rentang tersebut.
Pada perdagangan Selasa (12/7/2022) pagi, dolar Singapura turun 0,15% ke Rp 10.629/SG$ yang menjadi level termurah sejak 17 Juni lalu. Kemarin, mata uang Negeri Merlion ini jeblok nyaris 0,6%.
Kabar baik datang dari dalam negeri yang membuat rupiah perkasa. Badan Pusat Statistik (BPS) awal bulan ini melaporkan inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017.
Kelompok volatile menjadi pemicu kenaikan inflasi yang tinggi tersebut. Kenaikan harga kelompok volatile menembus 2,51% (mtm) dan 10,07% (yoy). Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2014 atau 7,5 tahun terakhir. Jika dilihat lagi inflasi volatile meroket di item bahan makanan yang mencapai 2,3% (mtm) dan 9,57% (yoy).
Meski inflasi tinggi, apalagi harga pangan, ternyata konsumen masih optimistis, terlihat dari laporan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK pada Juni 2022 berada di 128,2, sedikit menurun dibandingkan sebelumnya yakni 128,9 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Jika di bawah 100, maka artinya konsumen pesimistis memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang. IKK yang masih tinggi membuat outlook perekonomian masih bagus. Sebab, semakin tinggi IKK, konsumen cenderung akan semakin banyak belanja yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Begitu juga sebaliknya.
Belanja rumah tangga merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) berdasarkan pengeluaran, dengan porsi mencapai 53,65% di kuartal I-2022.
Selain itu BI hari ini mengumumkan hasil Survei Penjualan Eceran. Pada Mei 2022, penjualan eceran yang diukur dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di 234,1.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), penjualan ritel memang terkontraksi atau tumbuh negatif 2,1% karena berakhirnya musim Ramadan-Idul Fitri. Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), tumbuh positif 2,9%.
Untuk Juni, BI memperkirakan IPR di 229,1. Masin turun 2,1% mtm, tetapi melesat 15,4% yoy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libas Semua Dolar, Rupiah Terbaik di Asia Lagi!
