Bursa Asia Memerah, Hang Seng Ambruk, Tapi Nikkei Melesat
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (11/7/2022) awal pekan ini, di tengah sentimen terkait perlambatan ekonomi global yang masih dominan di kalangan pelaku pasar.
Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin pelemahan bursa Asia-Pasifik pada hari ini. Indeks Hang Seng ditutup ambruk 2,77% ke posisi 21.124,199.
Hal ini terjadi karena diperberat oleh dua saham teknologi besar China di bursa Hong Kong, yakni Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd. ambruk masing-masing 5,79% dan 2,89%, setelah keduanya kembali dikenakan sanksi denda oleh Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar (SAMR) terkait pelanggaran aturan anti-monopoli.
SAMR memberikan sanksi denda kepada Tencent sebesar 6 juta yuan (US$ 896.245 atau Rp 13,4 miliar), atas keterlibatannya dalam 12 transaksi dalam daftar SAMR.
Sedangkan anak usaha Alibaba, yakni Youku Tudou didenda sebesar 2,5 juta yuan (Rp 5,6 miliar) karena tidak mengungkapkan pembelian ekuitas di tahun 2021.
Sedangkan, indeks Shanghai Composite China juga ditutup anjlok 1,27% ke 3.313,58, karena pelaku pasar di China kembali khawatir dengan kondisi pandemi virus corona (Covid-19) yang kembali memburuk di Negeri Panda.
Pada hari ini, Kota Shanghai di China menemukan kasus Covid-19 yang melibatkan subvarian baru Omicron BA.5.2.1. Kasus tersebut ditemukan di distrik keuangan Pudong pada 8 Juli dan terkait dengan kasus dari luar negeri, menurut.
Subvarian baru Omicron tersebut muncul meskipun Shanghai telah melakukan penguncian (lockdown) sekitar dua bulan pada awal Juni dan terus memberlakukan pembatasan ketat, mengunci bangunan dan kompleks segera setelah rantai transmisi potensial baru muncul.
"Kota kami baru-baru ini terus melaporkan lebih banyak kasus positif yang ditularkan secara lokal (Covid-19) dan risiko penyebaran epidemi melalui masyarakat tetap sangat tinggi," kata wakil direktur komisi kesehatan kota Zhao Dandan, Minggu (10/7/2022), dilansir Reuters.
Zhao mengatakan penduduk di beberapa distrik utama Shanghai akan menjalani dua putaran tes Covid-19, mulai 12-14 Juli, dalam upaya untuk mengendalikan potensi wabah baru tersebut.
Sementara itu, bursa saham Asia-Pasifik lainnya secara mayoritas terkoreksi. Indeks ASX 200 Australia ditutup ambles 1,14% ke 6.602,2, KOSPI Korea Selatan melemah 0,44% ke 2.340,27, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,27% ke 6.722,145.
Hanya indeks Nikkei Jepang berhasil melesat sendiri pada hari ini, yakni melesat 1,11% ke posisi 26.812,3.
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Raya Haji.
Sentimen terkait perlambatan ekonomi global masih dominan di kalangan pelaku pasar, di mana isu resesi dunia masih akan terus menghantui pasar finansial global. sehingga membuat aset-aset berisiko masih dihindari oleh mereka.
Bagaimanapun juga, laju inflasi yang tinggi disertai dengan kebijakan moneter yang agresif telah membuat pasar keuangan global bergejolak di sepanjang tahun ini.
Pergerakan harga saham tak lepas dari sentimen rilis data ekonomi serta risalah rapat komite pengambil kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), atau FOMC.
Komite The Fed terus mengantisipasi kenaikan lanjutan dari suku bunga acuan Fed Funds Rate sebesar 50-75 basis poin (bp) untuk pertemuan pada Juli 2022.
Dengan kenaikan suku bunga acuan yang agresif, prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam memang berpotensi melambat dan hal ini dikhawatirkan oleh investor global jika ekonomi AS mengalami resesi, maka efeknya akan besar, terutama bagi negara-negara mitra perdagangan AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)