Bukan Rp 15.000/US$, Level Ini akan Menahan Pelemahan Rupiah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sudah semakin dekat dengan level psikologis Rp 15.000/US$ setelah kemarin kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tidak menutup kemungkinan, level tersebut akan ditembus pada perdagangan Selasa (5/7/2022).
Melansir data Refinitiv, rupiah Senin kemarin melemah 0,2% ke Rp 14.965/US$, dan kini berjarak 0,23% saja dari level psikologis.
Capital outflow yang terjadi di pasar saham membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok dan turut menyeret rupiah.
Investor asing melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 572 miliar di pasar reguler, tunai dan nego. Dengan demikian, sejak pekan lalu total net sell nyaris 4,5 triliun.
Net sell tersebut mengurangi inflow di pasar saham sepanjang tahun ini menjadi Rp 61 triliun. Inflow tersebut memang masih besar, tetapi tentunya berisiko semakin tergerus jika isu resesi dunia terus menggentayangi, apalagi ditambah dengan pelambatan ekonomi di dalam negeri.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Rupiah sampai saat ini masih berada di atas Rp 14.730/US$, yang memberikan tekanan semakin besar.
Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.970/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 15.000/US$. Jika level psikologis tersebut ditembus, rupiah berisiko melemah lebih jauh. Rp Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement50% akan menjadi resisten kuat selanjutnya yang akan menahan pelemahan rupiah.
Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 14.970/US$, rupiah berpeluang menguat melihat indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli memberikan peluang penguatan rupiah. Apalagi, stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian sudah berada di dekat wilayah jenuh beli, sehingga ruang penguatan rupiah menjadi lebih besar.
Support berada di kisaran Rp 14.950/US$, jika ditembus rupiah berpeluang ke ke Rp 14.900/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
