Awali Semester Dua, Wall Street Dibuka Melaju ke Zona Hijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Jumat, 01/07/2022 21:07 WIB
Foto: New York Stock Exchange (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berupaya menguat pada pembukaan perdagangan Jumat (1/7/2022), setelah mencetak kinerja semester pertama terburuknya sejak beberapa dekade.

Dow Jones menguat 141 poin (+0,5%) di pembukaan dan selang 30 menit surut menjadi 71,81 poin (+0,23%) ke 30.847,24. Sementara itu, S&P 500 naik 12,63 poin (+0,33%) ke 3.798,01 dan Nasdaq tumbuh 54,4 poin (+0,49%) ke 11.083,13.

Reli terjadi sekalipun beberapa emiten kakap mengumumkan target kinerja yang lebih buruk dari ekspektasi. Saham Micron Technology jatuh 5% lebih setelah mengumumkan target kinerja kuartal keempat yang mengecewakan. Saham teknologi pun ikut terkoreksi seperti Nvidia dan Qualcomm.


Namun, saham General Motors menguat 3% sekalipun perseroan mengumumkan da persoalan produksi I kuartal II-2022 yang bisa menekan laba bersihnya. Analis dalam konsensus Factset memprediksi laba bersih GM bakal berkisar US$ 2,5 miliar pada kuartal II-2022.

Kuartal II-2022 atau semester I tahun ini telah berakhir pada Kamis (30/6). Secara kuartal, indeks S&P 500 anjlok lebih dari 16% dan menjadi penurunan terbesar secara kuartalan sejak Maret 2020.

Di semester I-2022, indeks acuan tersebut merosot 20,6% dan menjadi penurunan terbesar secara semesteran sejak 1970. Indeks acuan tersebut juga berada di bear market (zona penurunan) atau berada 21% di bawah rekor tertingginya sejak awal Januari.

Dow Jones dan Nasdaq bernasib sama. Dow kehilangan 11,3% pada kuartal II-2022 dan anjlok lebih dari 15% sepanjang tahun ini. Sementara itu, Nasdaq mengalami penurunan terbesar secara kuartalan sejak 2008, anjlok 22,4%. Secara tahun berjalan, indeks tersebut merosot 29,5%.

Koreksi yang curam itu terjadi setelah inflasi AS meroket dan kebijakan moneter kian ketat. Indeks konsumsi personal (Personal Consumption Expenditure/PCE) yang sering dijadikan tolak ukur inflasi oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) naik 4,7% (bulanan).

The Fed pun telah mengambil langkah meredam inflasi yang melonjak dengan menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) di Juni dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994. Kedua faktor tersebut telah menyebabkan kekhawatiran akan resesi meningkat. Pada kuartal pertama GDP AS terkontraksi 1,6% dan akan bertambah 1% lagi pada kuartal kedua, menurut The Fed Atlanta.

"Jika ada kata yang dapat memberikan kenyamanan, itu merupakan kerugian universal pada kecepatan ini jarang terjadi pada kuartal beruntun, tapi bukan berarti mengatakan bahwa kerugian lebih lanjut tidak boleh diantisipasi," tutur Aset Manajemen Marketfield Michael Shaol dikutip CNBC International.

Dia juga menambahkan bahwa kita saat ini masih berada di tengah periode dan belum melihat tanda-tanda bahwa cuaca akan berubah lebih baik. Hari ini, akan dirilis data ISM manufaktur AS dan angka belanja konstruksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan