
Deretan Saham Paling Cuan di Paruh Waktu 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Semester pertama tahun ini pasar saham Indonesia mampu tumbuh di tengah guncangan dari serangkaian sentimen negatif global dan Tanah Air. Tidak seperti kebanyakan bursa utama dunia yang nasibnya sengsara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 5,02% dan merupakan indeks dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik.
Selain kinerja dan kondisi keuangan, pergerakan saham domestik juga ikut didorong oleh sejumlah sentimen utama yang datang dari dalam dan luar negeri. Isu global utama yang mempengaruhi pasar di enam bulan pertama tahun ini termasuk perang Rusia-Ukraina, lockdown dan potensi pelemahan ekonomi China serta inflasi yang kian menggigit yang memaksa banyak bank sentral negara utama dunia menaikkan suku bunga, termasuk ekonomi terbesar dunia AS yang telah menyelesaikan tapering dan sudah 3 kali menaikkan suku bunganya.
Sementara dari dalam negeri isu utama yang ikut membayangi pasar termasuk inflasi yang kian terasa dengan BBM naik dan harga minyak goreng sempat melambung. Kemudian pasar saham RI juga kedatangan start-up raksasa GOTO yang akhirnya resmi melantai di bursa, bersama sejumlah emiten baru lainnya. Tahun ini kondisi ekonomi juga semakin membaik karena banyak bisnis yang kembali buka dengan kasus covid yang kian melandai.
Sedangkan dari lantai bursa sendiri, tahun ini investor juga harus beradaptasi dengan aturan baru termasuk penghapusan kode broker yang mulai diterapkan akhir tahun lalu, pengenaan biaya materai untuk transaksi dalam jumlah tertentu hingga ditutupnya kode domisili investor. Walaupun demikian animo masyarakat tidak surut sama sekali, terbukti dari jumlah investor pasar modal Indonesia yang hingga hari ini sudah melampaui 9 juta, meningkat lebih dari 1,57 juta single investor identification (SID) atau 21% dari tahun sebelumnya.
Lalu saham mana saja yang menjadi jawara pada paruh pertama tahun ini? Tahun ini lima saham tercatat mampu naik lebih dari 100%, dan mayoritas bergerak di sektor pertambangan dan energi.
Pertama adalah emiten milik Boy Thohir yang baru melakukan penawaran umum perdana awal tahun ini. Saham Adaro Minerals (ADMR) yang merupakan anak usaha dari Adaro Energy (ADRO) meroket 1.480% tahun ini, ditopang oleh harga komoditas yang tinggi serta ditawarkan di harga yang relatif murah, baik secara valuasi atau nominal. Penguatan ini tampaknya merupakan cerminan optimisme investor akan ADMR yang memproduksi batu bara kualitas tinggi atau kokas (cooking coal) untuk keperluan pabrik dan memiliki harga yang lebih tinggi dari batu bara termal yang banyak diusahakan oleh perusahaan lain di dalam negeri.
Sebelumnya saham ADMR sempat meningkat nyaris 3.000% dari hari harga IPO Rp 100, sebelum pertengahan April harganya mulai turun perlahan dan ditutup di harga RP 1.580 di hari terakhir perdagangan semester pertama tahun ini.
Di peringkat kedua ada emiten grup MNC yang resmi berpindah haluan dari bisnis sektor transportasi ke sektor energi dan pertambangan batu bara yang berhasil menguat 131%. Harga saham MNC Energi Investments (IATA) naik dari Rp 65/saham menjadi ke Rp 150/saham pada akhir perdagangan paruh pertama tahun ini. Tahun ini IATA melaporkan penambahan jumlah cadangan batu bara milik perusahaan. Selanjutnya ada Astrindo Nusantara Infrastruktur (BIPI) yang menguat 130% tahun ini ke harga Rp 115/saham.
Terakhir melengkapi lima besar adalah dua emiten yang tergabung dalam Grup Bakrie yakni Energi Mega Persada (ENRG) dan Bumi Resources Minerals (BRMS). Harga saham ENRG meningkat 118% dalam enam bulan pertama, dengan perusahaan mengungkapkan penemuan cadangan migas baru. Sementara itu saham BRMS naik 112% tahun ini, kenaikan ini terjadi konsisten sejak awal tahun, dengan sentimen utama termasuk komitmen peningkatan operasi dan isu masuknya investor strategis baru ke perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat
