Inflasi PCE Masih Tinggi, Wall Street Kembali Dibuka Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Kamis, 30/06/2022 21:05 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terbanting pada pembukaan perdagangan Kamis (30/6/2022), di mana indeks S&P 500 bersiap untuk mengakhiri semester pertama terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Dow Jones ambrol hingga 509 poin (-1,6%) di pembukaan dan selang 30 menit menjadi 594,2 poin (-1,91%) ke 30.435,11. Sementara itu, S&P 500 melambung 78,86 poin (-2,06%) ke 3.739,97 dan Nasdaq melesat 303,51 poin (-2,72%) ke 10.874,38.

Indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) naik 4,7% pada Mei atau melambat 0,2 persen poin secara bulanan dan lebih moderat dari ekspektasi pasar dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 4,8%. Indeks PCE dijadikan tolak ukur The Fed untuk mengukur inflasi.


Indeks Dow Jones dan S&P 500 berada di jalur terburuknya selama 3 bulan sejak kuartal I/2020 akibat Covid-19. Sementara itu, indeks berbasis teknologi Nasdaq anjlok lebih dari 20% selama tiga bulan terakhir dan menjadi penurunan terburuk sejak 2008.

The Fed telah mengambil langkah yang agresif untuk meredam inflasi yang menyentuh level tertinggi sejak 40 tahun. Kebijakan ini memicu kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun.

Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan menyetujui kenaikan 75 basis poin pada suku bunga acuan di pertemuan Juli jika kondisi ekonomi saat ini bisa bertahan. Pada awal Juni, The Fed menaikkan suku bunga menjadi 3,5% dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.

Investor cemas terhadap keagresifan The Fed akan membawa ekonomi AS ke jurang resesi. "Kami tidak percaya pasar saham telah menyentuh level terendahnya dan kami melihat penurunan akan berlanjut. Investor sebaiknya memegang uang tunai yang banyak sekarang," kata Ketua Sanders Morris Harris George Ball dikutip CNBC International.

Dia juga menambahkan bahwa indeks S&P 500 mencapai titik terendah di sekitar 3.100 karena tindakan agresif The Fed, tapi diperlukan untuk memerangi inflasi yang dapat menekan pendapatan perusahaan dan mendorong saham-saham lebih rendah.

Hari ini, investor akan disibukkan dengan rilis data pengangguran secara mingguan, disusul data upah personal dan data konsumsi masyarakat AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ngeri-ngeri Sedap, Bankir Ungkap Efek Ketidakpastian Trump