
Jelang Rilis Data Inflasi RI Besok, Yield SBN Berbalik Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Kamis (30/6/2022), menandakan bahwa investor cenderung khawatir dengan kondisi makroekonomi global hingga hari ini.
Mayoritas investor memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya yield di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN tenor 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 25 tahun meningkat sebesar 1,9 basis poin (bp) ke posisi 7,575% pada perdagangan hari ini.
Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menurun 3,9 bp ke posisi 7,249% pada perdagangan hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Di tengah tingginya inflasi global, investor di dalam negeri akan memantau rilis data inflasi RI berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) periode Juni 2022 yang akan dirilis Jumat besok.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan inflasi Indonesia diperkirakan mencapai 0,44% secara bulanan (month to month/mtm) pada Juni tahun ini, meningkat dibandingkan 0,4% pada Mei lalu. Sedangkan, inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) juga diperkirakan melonjak.
Inflasi secara tahunan diperkirakan menembus 4,15%. Level tersebut akan menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017 atau dalam lima tahun terakhir di mana pada saat itu inflasi tercatat 4,37%.
Rilis data inflasi inti juga akan mempengaruhi outlook suku bunga Bank Indonesia.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung kembali melandai pada pagi hari ini waktu AS, karena investor terus menilai prospek resesi.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung menurun 3,4 bp ke 3,059% pada pagi hari ini waktu AS, dari sebelumnya pada perdagangan Rabu kemarin di 3,093%.
Ketika kuartal II-2022 akan berakhir pada Kamis hari ini, kekhawatiran akan resesi meningkat kembali.
Kekhawatiran atas ekonomi yang melambat dan kenaikan suku bunga yang agresif menghabiskan sebagian besar paruh pertama tahun ini karena investor terus mencari titik terendah dari aksi jual pasar yang ganas.
Penurunan yield obligasi pemerintah AS mencerminkan bahwa pelaku pasar mulai mengkhawatirkan potensi resesi yang semakin meningkat, sehingga mereka cenderung memburunya.
Asal tahu saja, pada pembacaan terakhir angka pertumbuhan ekonomi AS, produk domestik bruto (PDB) Negeri Paman Sam terkontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.
Angka aktual tersebut menunjukkan kontraksi yang lebih besar dari pembacaan kedua yang menunjukkan kontraksi 1,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi