Saat Pasar Global Kembali Pesimis, Yield SBN Malah Menguat
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (29/6/2022), di tengah cenderung melemahnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari ini, karena investor terus menilai prospek ekonomi di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi.
Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya yield. Hanya SBN tenor 5, 10, dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 5 tahun menurun signifikan sebesar 23,8 basis poin (bp) ke posisi 6,323%, sedankan yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara turun 0,4 bp ke 7,288%, dan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun melemah 2,2 bp ke 7,556%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung berbalik arah dan melandai pada pagi hari ini waktu AS, karena investor terus menilai prospek ekonomi di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun menurun 4,5 bp ke 3,162% pada pagi hari ini waktu AS, dari sebelumnya pada perdagangan Selasa kemarin di 3,207%.
Saat periode perdagangan kuartal kedua tahun 2022 berakhir pada Kamis besok, kekhawatiran atas perlambatan ekonomi dan kenaikan suku bunga secara agresif oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terus mendominasi sentimen pasar.
Optimisme pasar kembali memudar setelah indeks keyakinan konsumen (IKK) AS versi Conference Board (CB) terjatuh ke angka 98,7 pada bulan ini, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 103,2.
Saat tingkat keyakinan konsumen merosot, ekspektasi inflasi justru meroket. Conference Board menunjukkan ekspektasi inflasi dalam 12 bulan ke depan mencapai 8%, tertinggi sejak data mulai dikumpulkan pada Agustus 1987.
Tingginya ekspektasi inflasi tersebut membuat pasar melihat The Fed bisa semakin agresif dalam menaikkan suku bunga.
Di lain sisi, Ketua The Fed, Jerome Powell akan memberikan pidatonya di forum bank sentral Eropa pada pukul 09:00 pagi waktu AS atau pukul 20:00 WIB.
Powell mengakui bahwa kenaikan suku bunga yang tajam dapat mengarahkan ekonomi AS ke dalam resesi, tetapi menegaskan kembali bahwa The Fed sangat serius untuk mengendalikan inflasi.
Investor di AS juga menanti rilis data final dari pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) AS periode kuartal I-2022, bersama dengan indeks harga PCE, keuntungan perusahaan, dan data pengeluaran konsumen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)