Harga Emas 'Membeku'

Maesaroh, CNBC Indonesia
28 June 2022 08:24
A customer puts gold bar on basket for sell to the gold shop in Bangkok, Thailand, Thursday, April 16, 2020. With gold prices rising to a seven-year high, many Thais have been flocking to gold shops to trade in their necklaces, bracelets, rings and gold bars for cash, eager to earn profits during an economic downturn.(AP Photo/Sakchai Lalit)
Foto: Ilustrasi Emas (AP/Sakchai Lalit)

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga emas nyaris tidak bergerak pada pagi hari ini. Pada perdagangan Selasa (28/6/2022) pukul 06: 50 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.822,69 per troy ons. Melemah sangat tipis 0,002%.

Pelemahan pada pagi hari ini melanjutkan tren negatif pada hari sebelumnya. Kemarin, harga emas juga melemah 0,19% ke posisi US$ 1822,73 per troy ons.

Dalam sepekan, harga emas masih melemah 0,5% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas juga menyusut 1,6% sementara dalam setahun masih menguat 2,5%.


Edward Moya, analis dari OANDA, mengatakan harga emas masih sulit diprediksi karena tingginya ketidakpastian pada musim panas ini. Di satu sisi, pasar khawatir dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang akan berdampak negatif kepada pergerakan emas.

Di sisi lain, ada faktor kekhawatiran resesi yang bisa menopang kinerja emas. "Dalam jangka pendek, outlook emas akan beragam karena besarnya ketidakpastian pada musim panas ini," tutur Moya, seperti dilansir Reuters.

Moya juga menyoroti ketidaksinkronan pergerakan emas dan dolar Amerika Serikat (AS). Emas biasanya melemah saat dolar AS menguat dan sebaliknya. Pada pagi hari ini, Dollar Index juga melemah tetapi emas ikut melemah.

Menurutnya, pelemahan emas hari ini lebih disebabkan naiknya yield surat utang pemerintah AS. Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun pada hari ini meningkat 0,42% ke 3,21%.

Sejumlah analis menilai keputusan sebagian anggota G7 untuk melarang impor emas daru Rusia hanya sedikit membantu pergerakan emas. Rusia memang produsen emas terbesar ketiga di dunia dan berkontribusi 10% terhadap produksi global. Namun, perang membuat lalu lintas pengiriman dari dan ke Rusia terbatas.

"Emas Rusia sedikit yang diekspor ke negara-negara G7, terutama karena sedikitnya penerbangan ke dan dari Rusia setelah perang. Pengaruh larangan impor itu bahkan sejauh ini bisa diabaikan," tutur Stephen Innes, dari SPI Asset Management.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Rekor Tertinggi Setahun, Yuk Pesta Pora Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular