Investor Alert! Simak 10 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 June 2022 20:45
Kondisi papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/2/2018). IHSG hari ini bergerak negatif karena respon sentimen anjloknya bursa saham Amerika hingga 4,15%. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,53% ke 7.042,94 sepekan ini meski masih dibayangi sinyal negatif terkait kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang bisa memicu resesi. 

Psikologi investor asing saat ini memang cenderung pulang kampung setelah The Fed menyatakan bisa menaikkan kembali suku bunga acuannya (Fed Funds Rate) sebesar 75 basis poin (bp) setelah kenaikan di besaran yang sama bulan ini.

Mereka pun mencetak penjualan bersih (net sell) senilai Rp 4,2 triliun selama sepekan di seluruh pasar. Berikut ini sentimen yang wajib dicermati karena menentukan arah pasar pekan depan.

Sentimen pertama yang harus diperhatikan muncul pada Senin depan, yang berasal dari dalam negeri yakni uang beredar Indonesia (M2) per Mei. Kenaikan posisi uang tersebut berarti likuiditas masih aman di sektor riil. 

Lalu, perhatian pasar akan berpindah ke Eropa di mana bank sentral kawasan itu (European Central Bank/ECB) akan menggelar rapat yang berbarengan dengan pertemuan negara anggota G7 yang akan berlangsung di Denmark. Patut diperhatikan adanya sentimen kedua dari pemimpin mereka yang cenderung memperburuk krisis pasokan dunia.

Pada Selasa, pasar akan memperhatikan pidato Presiden ECB Christine Lagarde yang menjadi sentimen ketiga yang patut dicermati, diikuti data neraca perdagangan AS per Mei, dan indeks keyakinan konsumen AS per Juni.

Indeks keyakinan konsumen Uni Eropa per Juni menjadi sentimen keempat yang layak diperhatikan karena diprediksi masih menguat 3,5% secara tahunan meski melambat dengan pertumbuhan bulanan sebesar 0,4% (dari posisi April sebesar 0,8%).

Pada Rabu perhatian berpindah ke Amerika Serikat (AS) di mana pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 yang akan dirilis menjadi sentimen kelima yang mempengaruhi pasar, karena diprediksi terkontraksi alias minus 1,5% setelah kuartal sebelumnya melesat 6,9%. Volatilitas pasar akan meninggi pada hari ini terutama setelah pidato bos The Fed Jerome Powell.

Sentimen keenam masih membawa angin buruk, yakni rilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) China versi NVS, yang diprediksi masih terkontraksi dari 49,6 pada bulan sebelumnya menjadi 48,3 pada bulan Juni.

Menyusul kemudian sentimen ketujuh, yakni pertumbuhan ekonomi Inggris per kuartal I-2022 yang diprediksi tumbuh 0,8% secara bulanan, melambat dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,3%. Pertumbuhan ekonomi tahunan diprediksi sebesar 8,7% dari sebelumnya 6,6%.

Dari AS, bakal ada sentimen kedelapan yakni rilis indeks belanja perorangan (personal consumption expenditure/PCE) per Mei yang secara tahunan diprediksi sebesar 6,7% dan secara bulanan sebesar 0,9%, menurut konsensus Tradingeconomics. Keduanya meningkat dari bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 6,3% dan 0,2%.

Sentimen kesembilan muncul dari Indonesia, di mana S&P Global merilis Indeks PMI manufaktur versi per Juni yang diprediksi masih ekspansif di 50,5 dari angka sebelumnya 50,8. Secara bersamaan Caixin menerbitkan PMI manufaktur di China per Juni yang diprediksi tumbuh 50,5 atau membaik dari posisi Mei yang masih terkontraksi 48,1.

Sentimen terakhir muncul dari Tanah Air yakni data inflasi Juni yang menurut konsensus Refinitiv akan tumbuh 4,14% dari posisi Mei sebesar 3,55%. Pada hari yang sama, indeks PMI AS sektor manufaktur per Juni versi ISM akan dirilis dan diprediksi masih ekspansif di angka 55, meski sedikit tertekan dari bulan sebelumnya di angka 56,1.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular