Turun 2 Hari Beruntun, Dolar Australia Akhirnya Naik Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 June 2022 13:25
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (24/6/2022) setelah merosot dalam dua hari beruntun. Pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) kemarin masih mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:38 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.243/AU$, menguat 0,26% di pasar spot.

BI mempertahankan suku bunga acuannya 3,5% pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis kemarin sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada22-23Juni2022memutuskan untuk mempertahankan BI7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Kamis (22/6/2022).

Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia, dan sudah ditahan selama 16 bulan.

Keputusan tersebut diambil karena inflasi di dalam negeri yang masih terkendali, dan niai tukar rupiah yang pelemahannya tidak terlalu besar.

Meski demikian, BI memberikan sinyal suku bunga akan dinaikkan ketika inflasi inti mulai menanjak.

Hingga Mei, inflasi inti masih di 2,58%, di bawah titik tengah sasaran inflasi BI yang 2-4%.

"BI masih melihat, terus mengamati pengaruh dampak ke inflasi pangan,administered prices,dan lakukan langkah-langkah menjaga confidence masyarakat. BI siap untuk menyesuaikan kebijakan suku bunga apabila ada tanda-tanda kenaikan inflasi inti," ungkap Deputi Gubernur BI, DodyBudi Waluyo.

Sementara itu, berdasarkan rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) terungkap meski suku bunga dinaikkan 50 basis poin di bulan ini, tetapi masih cukup sangat rendah di bawah 1%, dengan tingkat pengangguran di level terlemah 50 tahun serta inflasi yang terus meninggi. Sehingga, suku bunga ke depannya akan kembali dinaikkan.

Artinya, selisih suku bunga BI dengan RBA yang saat ini 0,85% akan semakin menyempit.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libas Semua Dolar, Rupiah Terbaik di Asia Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular