Broker Kripto: Bitcoin Masih Akan Turun
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu bisa dikatakan menjadi pekan yang kelam bagi pasar kripto, di mana hampir seluruh aset kripto mengalami koreksi dalam hingga menyentuh zona terendahnya dalam beberapa tahun terakhir.
Di Bitcoin saja, pada pekan lalu tepatnya Minggu (19/6/2022), harganya sempat menyentuh zona terendahnya sejak tahun 2017 silam, yakni di zona psikologis US$ 17.000. Bahkan, kapitalisasi pasar Bitcoin pun sempat menyusut cukup besar hingga mencapai US$ 337,97 miliar.
Saat ini, Bitcoin memang sudah kembali ke zona psikologisnya di US$ 20.000. Tetapi sejak awal pekan ini hingga hari ini, Bitcoin terus bertahan di zona psikologisnya tersebut, meski sempat menguat ke kisaran US$ 21.000.
Menurut riset dari Luno dan Arcane Research, pasar kripto hingga kini masih dalam kondisi yang kurang menentu. Terlebih, kondisi makroekonomi global yang juga terus berubah.
"Pasar masih dalam kondisi yang kurang menentu pada saat ini dan biasanya harga terendah dari pergerakan pasar saat ini memerlukan waktu yang relatif lama untuk terbentuk. Oleh karena itu, kami dapat melihat harga Bitcoin masih berpotensi mengalami penurunan dalam kurun beberapa waktu ke depan," kata Jay Jayawijayaningtiyas, Country Manager Luno di Indonesia.
Menurut Jay, beberapa kripto alternatif (alternate coin/altcoin) mulai bertumbuh pesat pada perdagangan Minggu lalu atau setelah koreksi besar pada pekan lalu. Bahkan ada yang rebound hingga 51%. Indeks small cap kripto yang menunjukkan kinerja terbaik di Juni kembali menguat terlepas kondisi pasar di minggu lalu.
Kinerja baik indeks kapitalisasi kecil dibandingkan dengan Bitcoin menyebabkan dominasi Bitcoin menurun sebesar 1,5%.
Bahkan, dominasi Ethereum sebagai altcoin terbesar juga mengalami penurunan. Sejak Mei lalu hingga perdagangan Minggu lalu, dominasi Ethereum telah turun dari sebelumnya sebesar 19,5% menjadi 15%, akibat kinerja Ethereum yang lebih buruk dibandingkan kinerja pasar secara keseluruhan.
Di lain sisi, situasi di pasar kripto sedang kacau diperburuk dari kebangkrutan banyak pelaku-pelaku pasar dan pasar menyadari bahwa akan ada lebih banyak pemain pasar yang berpotensi mengalami hal serupa. Kekacauan di pasar kripto tercermin pada Indeks Fear and Greed yang kini telah berada di zona extreme fear selama dua bulan berturut-turut. Hal ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah indeks.
Sedangkan dari volume spot mingguan Bitcoin, kini berada di angka US$ 7,8 miliar atau sekitar Rp115 triliun, hampir menyentuh level tertingginya dalam setahun terakhir.
Volatilitas Bitcoin akhir-akhir ini mengalami peningkatan pesat dan volume spot ikut meningkat pada hari-hari dimana fluktuasi Bitcoin naik tajam. Perbedaan volume setiap harinya juga mengalami peningkatan, dimana hari-hari dengan fluktuasi tinggi akan mengalami peningkatan volume hingga hampir ke atas US$ 10 miliar atau sekitar Rp 148 triliun dibandingkan hari-hari lain yang hanya mencatatkan volume di kisaran US$ 5-6 miliar (sekitar Rp74-88 triliun).
Beberapa pergerakan harga yang menurun mengakibatkan volatilitas mingguan Bitcoin naik ke level tertingginya sejak Mei 2021. Bitcoin juga mengalami kenaikan harga yang signifikan sebesar 8,5% pada perdagangan Minggu lalu, atau setelah menyentuh zona terendahnya sejak 2017 yang terbentuk pada Minggu pagi sekitar pukul 04:00 WIB.
Kenaikan volatilitas Bitcoin akhir-akhir ini telah menyebabkan kenaikan yang substansial pada harga option, karena para investor kini semakin beralih untuk melindungi aset mereka.
Sementara itu, setelah berhasil rebound, tiga kripto terbesar di pasar mengakhiri pekan lalu dengan datar. BNB menjadi pemenang dengan kenaikan sebesar 2%, berikutnya Ethereum turun 1%, dan Bitcoin mencatatkan kinerja terburuk dengan terkoreksi 2%.
Korelasi antara Bitcoin dan aset keuangan lain terus meningkat, terutama korelasi Bitcoin terhadap emas yang akhir-akhir ini mengalami kenaikan dan pada Minggu lalu berada pada level tertingginya sejak Januari 2021.
Sedangkan, korelasi antara Bitcoin dan Ethereum juga berada pada puncaknya di angka 0,93. Angka ini hampir menyentuh ATH (all-time high) dan terakhir berada pada posisi ini di Maret 2020 pasca merebaknya Covid-19.
Adapun dari valuasinya, support Bitcoin saat ini berada di kisaran US$ 20.000. Harga Bitcoin sempat turun ke bawah level ini pada pekan lalu akibat aksi jual besar-besaran yang disebabkan oleh kebangkrutan Three Arrows Capital (3AC), Celsius Network, dan redemption besar-besaran dari Purpose.
Kisaran harga US$ 20.000 atau dapat disebut sebagai zona psikologisnya saat ini masih menjadi level support penting yang perlu diperhatikan oleh investor.
Selain itu, Bitcoin kini dipertukarkan di bawah rata-rata 200 mingguan untuk kedua kalinya sepanjang sejarah Bitcoin. Peristiwa ini terakhir kali terjadi pada tanggal 12 Maret 2020.
Bitcoin kini berada di posisi yang menarik di bawah rata-rata 200 mingguannya yaitu US$ 22.427 dengan support di angka US$ 20.000. Jika harga berhasil naik ke atas rata-rata 200 pada pekan ini atau dalam beberapa hari kedepan, maka hal ini akan memberi sinyal positif dan bisa mengindikasikan bahwa pasar telah mencapai titik terendahnya (bottom).
(chd)