Harga Kripto Beragam Nih, Bitcoin Masih Betah di US$ 20.000an

chd, CNBC Indonesia
Kamis, 23/06/2022 10:05 WIB
Foto: Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Thought Catalog on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas kripto utama cenderung menguat terbatas pada perdagangan Kamis (23/6/2022), karena investor masih cenderung berhati-hati di tengah memburuknya kembali kondisi makroekonomi global.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:05 WIB, Bitcoin turun 0,15% ke posisi US$ 20.402,25/koin atau setara dengan Rp 302.565.368/koin (asumsi kurs Rp 14.830/US$), sedangkan Ethereum melemah 1,63% ke harga US$ 1.085,96/koin atau Rp 16.104.787/koin.

Sedangkan untuk Solana melemah 0,69% ke US$ 35,26/koin (Rp 522.906/koin) dan Dogecoin terkoreksi 1,62% ke US$ 0,063/koin (Rp 934/koin).


Sementara untuk BNB terapresiasi 1,81% ke US$ 218,96/koin (Rp 3.247.177/koin), Cardano dan XRP masing-masing menguat 0,48% dan 0,95%.

Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.

Hingga hari ini, Bitcoin cenderung masih stabil di zona psikologis US$ 20.000, meski terlihat sedikit melemah. Tetapi, investor perlu mewaspadainya karena peluang Bitcoin kembali terkoreksi dan menyentuh level terendah barunya masih cukup besar.

Tak hanya Bitcoin, Ethereum juga terkoreksi cenderung tipis ke kisaran US$ 1.080. Dalam sepekan terakhir, Bitcoin dan Ethereum masih mencatatkan koreksi masing-masing 9,22% dan 11,33%.

Dunia kripto seakan berada di ujung tanduk ketika investor bergulat dengan dampak suku bunga yang lebih tinggi pada aset yang sedang berkembang dari era kebijakan moneter yang sangat longgar.

Sebelumnya pada pekan lalu, bank sentral AS (The Federal Reserve/Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp).

Hal ini dilakukan oleh bank sentral Negeri Paman Sam untuk mendinginkan inflasi yang kembali melonjak pada bulan lalu, di mana inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS pada Mei lalu kembali melonjak menjadi 8,6%, lebih tinggi dari periode Maret lalu.

Dengan inflasi yang kembali melonjak dan The Fed yang semakin agresif menaikkan suku bunga acuannya, maka pasar kripto menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari dua indikator tersebut.

Bahkan, kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan anjlok lebih dari US$ 350 miliar dalam dua minggu terakhir. Bitcoin pun telah kehilangan kapitalisasi pasar hingga setengahnya.

Di lain sisi, adanya potensi resesi yang akan menerpa AS juga turut memperberat kinerja pasar kripto, sehingga penguatannya pada hari ini cenderung terbatas.

Kekhawatiran resesi semakin menguat setelah Ketua The Fed, Jerome Powell dalam pidato di depan senat AS mengatakan bahwa kemungkinan resesi itu ada.

"Kami memahami persoalan besar yang disebabkan inflasi. Kami sangat berkomitmen untuk menurunkan inflasi. Kami tidak bermaksud untuk memprovokasi resesi. Namun, sangat penting untuk menstabilkan harga," tutur Powell di depan senat AS, seperti di kutip CNBC International.

Selain karena kondisi makroekonomi global yang memburuk, banyaknya masalah di pasar kripto pada tahun ini semakin menambah runyam di aset digital yang berkembang pesat pada akhir 2020 dan 2021 tersebut.

Sejatinya, pasar kripto sudah membentuk tren bearish sejak awal tahun ini. Tetapi, penurunan pasar kripto justru diperparah oleh kabar buruk lainnya, mulai dari kejatuhan dua koin digital (token) besutan Terra yakni Terra Luna (LUNA) dan TerraUSD (UST) serta yang terakhir yakni krisis likuiditas yang menimpa beberapa perusahaan pinjaman kripto, di mana salah satunya yakni Celsius Network.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Panas" AS-China & Aksi The Fed Bikin Bitcoin Berpesta