
Bank Mandiri Beberkan Tantangan Ekonomi RI, Bikin Ngeri?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas melihat adanya pemulihan ekonomi secara sektoral yang makin solid, ditunjukkan dengan semakin banyak sektor yang sudah mencapai level sebelum pandemi pada 2019.
Apalagi impor bahan baku dan barang modal di banyak industri juga sudah meningkat pesat menunjukkan aktivitas produksi yang semakin tinggi.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan ke depan, perekonomian dihadapkan pada beberapa tantangan dan risiko yang perlu diwaspadai dan diantisipasi, yaitu kenaikan harga energi (minyak, gas, dan batu bara) yang meningkatkan biaya produksi, produsen yang akan meningkatkan harga jual di tingkat konsumen (pass-through), hingga depresiasi rupiah yang akan meningkatkan beban biaya-biaya dari bahan baku impor.
"(Lalu) kenaikan suku bunga yang akan meningkatkan beban utang perusahaan yang memiliki leverage ratio yang tinggi, dan terakhir koreksi harga komoditas ke level normal juga menjadi sesuatu yang harus diwaspadai," ungkap Panji di Jakarta, Rabu (22/6/2022).
Namun menurutnya pemerintah bisa mengendalikan hal ini dengan bekerja sama dengan Bank Indonesia seperti yang dilakukan pada masa awal pandemi Covid-19. Panji mengatakan pada 2020-2021 saat banyak negara yang mencari pendanaan, Indonesia malah mencari vaksin.
"Kita harus bisa ambil posisi, menjaga kekompakan stakeholder merasa senasib dan sepenanggungan, serta kekompakan pelaku pasar," tegas Panji.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro juga menambahkan kalau isu geopolitik antara China dan Taiwan sangat mungkin untuk menambah ketegangan tidak menentunya ekonomi global. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah mengambil posisi untuk menghadapi tekanan ini.
Meski begitu, Andry masih melihat akan adanya pertumbuhan, bahkan kredit perbankan diprediksi tumbuh 7,5% hingga akhir 2022. Hal ini sejalan dengan kian membaiknya kinerja perbankan nasional pasca meredanya pandemi Covid-19.
"Kami melihat pertumbuhan kredit perbankan akan membaik dan mencapai 7,5% pada akhir tahun," ujar Andry.
Andry menerangkan, kinerja sektor perbankan terus mengalami perbaikan hingga memasuki kuartal II-2022. Menyusul, pulihnya permintaan domestik seiring menurunnya kasus dan membaiknya penanganan pandemi. Menurutnya, pertumbuhan kredit terus terakselerasi dan tumbuh positif. Pada bulan April, pertumbuhan kredit mencapai 9,1% secara year-to-date.
Berdasarkan data Mandiri, pertumbuhan kredit perbankan nasional telah mencapai 3,8%. Di sisi lain, dana pihak ketiga perbankan terus tumbuh tinggi, sebesar 10,1% yoy pada bulan April 2022.
Tingginya pertumbuhan DPK mendorong terjaganya likuiditas perbankan. Rasio loan to deposit (LDR) yang mencerminkan likuiditas perbankan masih rendah pada 80%, meski jika dibandingkan bulan sebelumnya rasio LDR terlihat meningkat sejalan akselerasi pertumbuhan kredit.
Ke depan, sektor perbankan akan menghadapi tantangan normalisasi kebijakan, terutama dengan adanya kenaikan rasio GWM yang berpotensi mengurangi likuiditas secara bertahap.
Namun, pihaknya tetap optimis bahwa intermediasi perbankan akan terus membaik, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Ramalan Ekonomi RI Versi Mandiri Sekuritas
