Dolar AS Kian Ganas, Rupiah Ambrol Lagi

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Rabu, 22/06/2022 12:01 WIB
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sebelum akhirnya kembali terkoreksi hingga di pertengahan perdagangan Rabu (22/6/2022).  Melansir Refinitiv, rupiah di sesi awal perdagangan berhasil menguat 0,07% ke Rp 14.800/US$. Sayangnya, rupiah kembali berbalik arah dan terkoreksi sebanyak 0,27% ke Rp 14.850/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Indeks dolar AS yang mengukur performa dolar AS terhadap 6 mata uang dunia lainnya, pada pukul 11:00 WIB terpantau menguat 0,14% ke posisi 104,584. Dengan begitu, indeks dolar AS bergerak kian mendekati rekor tertingginya selama dua dekade pada Rabu (15/6) di posisi 105,79.

Keperkasaan si greenback akhirnya menekan performa Mata Uang Garuda hari ini.


Sebenarnya, terkoreksinya rupiah telah teridentifikasi pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF). Rupiah bergerak melemah cukup tajam jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada kemarin (21/6).

Periode

Kurs Selasa (21/6) pukul 15:23 WIB

Kurs Rabu (22/6) pukul 11:05 WIB

1 Pekan

Rp14.786,6

Rp14.858,0

1 Bulan

Rp14.803,9

Rp14.868,0

2 Bulan

Rp14.816,1

Rp14.883,0

3 Bulan

Rp14.831,5

Rp14.911,3

6 Bulan

Rp14.879,7

Rp14.936,0

9 Bulan

Rp14.939,3

Rp15.006,0

1 Tahun

Rp15.024,0

Rp15.118,0

2 Tahun

Rp15.385,0

Rp15.403,0

Semua perhatian pekan ini akan tertuju pada Rapat Dewan Gubernur (RDG). Namun, di beberapa kesempatan hingga hari ini, Bank Indonesia (BI) masih memberikan sinyal tidak ada kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Arah kebijakan suku bunga masih tertuju mendorong perekonomian.

"Kebijakan moneter akan terus pro-stability. Dengan inflasi yang rendah, kita tidak perlu terburu-buru untuk menaikkan suku bunga," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Bank Dunia, Rabu (22/6/2022).

Indikator BI tidak mau terburu-buru adalah inflasi yang masih terkendali. Kini inflasi berada di level 3,5% dan hingga akhir tahun BI memperkirakan inflasi 4,2%.

"Inflasi kemungkinan di 4,2%. Inflasi menjadi tantangan besar tetapi kami percaya dengan kerja sama yang erat dengan pemerintah, kami bisa menjaga stabilitas harga," jelasnya.

Sementara itu, mengacu pada poling analis Reuters periode 13-20 Juni bahwa BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di 3,5% pada Kamis (23/6).

"Kebijakan BI kemungkinan akan meluas dari fokus pada pertumbuhan domestik dan inflasi, ke stabilitas keuangan dan risiko arus keluar, sehingga akan membuka jalan untuk memulai siklus kenaikan mulai Juli," kata Radhika Rao, ekonom senior di DBS Bank.

Namun, sebanyak 9 dari 32 analis mengharapkan BI untuk bergabung dengan rekan-rekan bank sentral dunia lainnya untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%.

"Langkah yang lebih bijaksana adalah menaikkan suku bunga, atau setidaknya sinyal yang jelas bahwa kenaikan suku bunga sudah dekat. Tidak adanya perubahan sikap dapat membuat BI dianggap sebagai lamban regional yang menonjol dan mengintensifkan tekanan pada Rupiah " kata Analis di ANZ Krystal Tan.

Rupiah telah ambles hampir 4% di sepanjang tahun ini, bahkan pekan lalu rupiah anjlok lebih dari 2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed