Dari Daftar 5 Emiten Rokok Ini, Siapa Paling Cuan?

Jakarta, CNBC Indonesia- Mayoritas kinerja emiten rokok kuartal pertama tahun ini mencatatkan kenaikan laba bersih pada tiga bulan pertama tahun ini. Lalu, siapa saja emiten rokok yang berhasil meraup keuntungan besar tahun ini?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), lima emiten rokok telah menyampaikan kinerja keuangannya untuk kuartal I-2022, masing-masing adalah emiten PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIMM), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Hanjaya Sampoerna Tbk (HMSP), PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), dan PT Indonesia Tobacco Tbk (ITIC).
Kode Ticker | Laba Q12021 | Laba Q12022 | Perubahan YoY (%) |
WIMM | Rp Rp 37,7 M | Rp 38,6 M | 2,30% |
GGRM | Rp 1,7 T | Rp 1,1 T | -38,30% |
HMSP | Rp 2,586 T | Rp 1,915 T | -26% |
RMBA | (Rp 20,2 M) | Rp 4,3 M | 570% |
ITIC | Rp 1,9 M | Rp 3,79 M | 94% |
Kenaikan terbesar dialami oleh RMBA yang berhasil membukukan bottom line positif di kuartal I-2022 karena membalikkan kerugian menjadi laba bersih senilai Rp 4,3 miliar. Meski begitu, pendapatan RMBA turun cukup signifikan 18,01% ke Rp 1,82 triliun dari Rp 2,22 triliun pada periode yang sama di tahun 2021.
Di susul oleh dua emiten kecil lain yaitu ITIC dan WIMM yang juga mencatatkan kenaikan pada laba bersih di kuartal pertama tahun ini. Laba bersih ITIC melesat 94% menjadi Rp 3,79 miliar, sedangkan WIMM tumbuh 2,3% ke Rp 38,6 miliar.
ITIC juga berhasil meraup pendapatan bersih yang naik 29,9% menjadi Rp 59,5 miliar pada kuartal pertama tahun ini dari Rp 45,8 miliar.
Manajemen ITIC yang diwakili oleh Djonny Saksono selaku Direktur Utama Indonesian Tobacco mengatakan bahwa pertumbuhan pada pendapatan telah menopang peningkatan laba bersih emitennya. Pertumbuhan pada pendapatan juga ditopang oleh penjualan yang meningkat, perbaikan distribusi, serta pemerataan area penjualan.
Sementara itu, emiten besar GGRM mengalami penurunan drastis pada laba bersihnya sebanyak 38,3% menjadi Rp 1,1 triliun di kuartal I-2022 dari Rp 1,75 triliun di periode yang sama di tahun sebelumnya.
Penurunan pada laba bersih dipicu oleh penurunan pada pendapatan sebanyak 1,5% menjadi Rp 29,3 triliun karena tertekan oleh penurunan penjualan pada produk Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 1,7% dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) anjlok 6,3%.
Pada saat yang sama, beban penjualan naik 9,5% pada kuartal I-2022 dipicu oleh meningkatnya biaya transportasi, angkutan barang, biaya iklan dan promosi sebesar 22,4%. Selain itu, adanya kenaikan pada biaya tarif cukai sebesar 6,4% menjadi Rp 25,1 triliun yang juga berkontribusi menurunkan pendapatannya.
Tidak jauh berbeda, emiten HMSP juga melaporkan laba bersih di kuartal pertama tahun ini senilai Rp 1,9 triliun, ambles 26% dari Rp 2,58 triliun pada periode yang sama tahun 2021.
Padahal, HMSP tercatat berhasil mengalami pertumbuhan pada penjualan bersih di kuartal I-2022 yang mencapai Rp 26,16 triliun yang melesat 11,05% ketimbang pada kuartal I-2021 di Rp 23,56 triliun.
Hal tersebut dipicu oleh beban pokok penjualan yang naik dibandingkan dengan perolehan penjualan. Beban pokok penjualan tercatat Rp 21,9 triliun pada kuartal I-2022, naik 18,25% dari Rp 18,52 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Akhirnya, laba kotor tercatat menurun 15,4% dari Rp 5,04 triliun menjadi Rp 4,26 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Tunas Ridean Go Private, Siapkan Rp 713,97 M Buat Buyback
(aaf)