Bitcoin Tampak Naik, Tapi Kenaikannya 'Palsu'?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 June 2022 14:40
Ilustrasi Bitcoin  (Photo by André François McKenzie on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Bitcoin (Photo by André François McKenzie on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin cenderung stabil di kisaran harga US$ 20.000 pada perdagangan Selasa (21/6/2022), setelah pada pekan lalu terkoreksi hingga menyentuh zona terendahnya sejak tahun 2017 silam.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 11:00 WIB hari ini, Bitcoin menguat 3,04% ke posisi harga US$ 20.593,67/koin atau setara dengan Rp 305.198.189/koin (asumsi kurs Rp 14.820/US$).

Meski pada hari ini sudah kembali ke kisaran US$ 20.000, tetapi dalam sepekan terakhir, Bitcoin masih merosot 6,83%. Sehingga sepanjang tahun ini, Bitcoin ambles hingga 56,8%.

Sedangkan dari harga tertingginya yang terbentuk pada November 2021 di kisaran US$ 67.000 hingga harga terendahnya di kisaran US$ 20.000, maka Bitcoin telah terkoreksi hingga sekitar 70%.

Adapun kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini mencapai US$ 392,91 miliar. Sedangkan volume transaksinya dalam 24 jam terakhir mencapai US$ 29,87 miliar.

BitcoinSumber: CoinMarketCap
Bitcoin

Di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, maka risiko di pasar global masih cenderung tinggi dan Bitcoin masih berpotensi mengalami penurunan dalam jangka pendek.

"Lingkungan makro belum benar-benar berubah dari pertemuan FOMC pekan lalu, masih meningginya inflasi dan The Fed mungkin masih mendorong ekonomi ke dalam resesi dengan menaikkan suku terlalu agresif, hal ini masih menjadi sentimen negatif di pasar," kata Yuya Hasegawa, analis pasar kripto di bursa bitcoin Bitbank yang bermarkas di Jepang.

'Dead Cat Bounce' Masih Akan Hantui Bitcoin

Menurut Vijay Ayyar, wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di pertukaran kripto Luno, Bitcoin masih akan berpotensi membentuk pola dead cat bounce dalam jangka pendek. "Kemungkinan, Bitcoin akan membentuk pola dead cat bounce," kata Ayyar, dikutip dari CNBC International.

Dead cat bounce merupakan analisis teknikal yang menunjukkan berlanjutnya tren penurunan. Suatu aset dikatakan mengalami dead cat bounce ketika harganya merosot, kemudian perlahan berbalik naik seolah-olah akan bangkit. Ibarat kenaikannya palsu, harga setelahnya malah kembali merosot.

Pasar cryptocurrency mengalami hari-hari buruknya sejak awal bulan lalu, dimulai dengan runtuhnya stablecoin algoritmik TerraUSD (UST) dan Terra Luna (LUNA).

Namun, masalah makin menghampiri pasar kripto setelah perusahaan peminjaman kripto yakni Celsius Network makin memperparah kinerja buruk kripto, di mana Celsius menghentikan penarikan dana untuk pelanggan, memicu kekhawatiran bahwa perusahaan tersebut akan bangkrut.

Sebelum kejadian Celsius, sebagian besar perusahaan kripto juga terdampak dari kejatuhan pasar kripto yang diakibatkan oleh jatuhnya UST dan LUNA. Tak sedikit perusahaan kripto melakukan pemangkasan karyawannya untuk menyelamatkan keuangan perusahaan.

Sebagai contoh, di Coinbase, bursa kripto terbesar ketiga di dunia, pada pekan lalu memangkas sebanyak 18% dari pekerjaan penuh waktu.

Sebuah perusahaan pemberi pinjaman bernama BlockFi mengatakan pekan lalu akan memberhentikan seperlima dari stafnya.

Faktor makroekonomi yang memburuk termasuk inflasi yang masih meninggi dan kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara Barat juga turut membebani sentimen pasar kripto.

"Ketika inflasi terus meninggi dan kenaikan suku bunga makin agresif, maka risiko resesi berpeluang besar terjadi dan inilah yang ditakutkan pasar tak hanya di kripto," kata Charles Hayter, CEO CryptoCompare, mengatakan kepada CNBC International.

Pasar Sudah Berada di Bottom?

Mengingat penurunan besar di pasar cryptocurrency dalam beberapa pekan terakhir, beberapa pengamat mengatakan bahwa dasar pasar bisa ditutup.

"Kami hampir mencapai titik di mana beberapa kelebihan leverage yang nyata kini telah dikeluarkan dari sistem dan bagian bawah dapat mulai terbentuk," kata Giles Keating, direktur Bitcoin Suisse, mengatakan kepada CNBC International.

Leverage mengacu pada perdagangan di mana investor secara efektif menggunakan uang pinjaman untuk melakukan perdagangan. Investor bisa mendapatkan eksposur yang lebih besar dengan modal awal yang lebih sedikit.

Tapi itu dilihat sebagai sarana perdagangan yang berisiko karena mengharuskan investor untuk memastikan mereka memiliki modal yang cukup untuk memenuhi apa yang disebut persyaratan margin. Jika tidak, maka posisi mereka dapat otomatis dilikuidasi. Likuidasi tersebut dipandang sebagai faktor besar di balik pergerakan pasar kripto belakangan ini.

Keating mengatakan masih ada risiko likuidasi lebih lanjut, tetapi menurutnya sebagian besar penjualan telah berakhir.

"Kini, beberapa orang memperingatkan bahwa mereka masih belum sampai di sana dan bahwa jika mereka menembus lebih rendah secara signifikan, mereka akan melihat gelombang likuidasi lain," ujar Keating.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak Kripto Masih Kayak Gini, Susah Bikin Kaya Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular