Tekanan Masih Besar, Rupiah Tembus Rp 15.000/US$ Pekan Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 June 2022 07:54
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah jeblok 1,8% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.821/US$ pada pekan lalu, dan berada di level terlemah sejak Oktober 2020.
Rupiah jeblok setelah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke 1,5% - 1,75%, dan akan lebih agresif lagi di tahun ini guna meredam inflasi.

Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak tahun 1994, dan masih belum akan berakhir. Berdasarkan Fed Dot Plot yang dirilis setiap akhir kuartal, mayoritas anggota pembuat kebijakan moneter (The Fed) melihat suku bunga di akhir tahun berada di 3,4% atau di rentang 3,25% - 3,5%. Kenaikan suku bunga tersebut awalnya direspon positif pasar finansial global.

Semakin tinggi suku bunga memang membuat risiko resesi Amerika Serikat akan semakin meningkat. Tetapi, resesi yang sesaat masih lebih bagus ketimbang jika inflasi tinggi mendarah daging yang bisa menggerogoti perekonomian dalam jangka waktu yang lama. Sehingga, keputusan The Fed untuk agresif menaikkan suku bunga demi meredam inflasi disambut baik pelaku pasar.

Namun, pasar kemudian kembali mencerna berbagai pernyataan The Fed dan kebijakan normalisasi yang diambil kerap tidak konsisten. Ada kekhawatiran jika The Fed salah mengambil kebijakan.

"Apa yang dikhawatirkan pasar, bahkan sebelum terjadi resesi adalah kebijakan yang salah, bahwa The Fed merusak sesuatu. Pasar mempertanyakan pernyataan perekonomian yang dikatakan kuat," kata Quincy Krosby, kepala ahli strategi ekuitas di LPL Financial, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (16/5/2022).

Di pekan ini, The Fed kembali menjadi fokus. Sang ketua Jerome Powell akan memberikan testimoni di hadapan Kongres AS.

Selain itu dari dalam negeri, pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan menjadi perhatian. Bagaimana pendapat BI terkait agresivitas The Fed, dan bagaimana proyeksi suku bunga akan menggerakkan rupiah.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR akhirnya menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8% pada Rabu (15/6/2022)

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah kini semakin menjauhi level tersebut, yang memberikan tekanan semakin besar.

Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.880/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.950/US$, dan tidak menutup kemungkinan mendekati Rp 15.000/US$ di pekan ini.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli memberikan peluang penguatan rupiah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.760/US$, jika ditembus rupiah akan menguji Rp 14.730/US$ yang kini menjadi support kuat. Kemampuan menembus konsisten ke bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat lebih jauh du pekan ini. Ada peluang ke kisaran Rp 14.640/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular