Kemarin Diburu, Hari Ini Investor Kembali Melepas SBN

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
17 June 2022 18:51
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (17/6/2022) akhir pekan ini, di tengah cenderung turunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari ini.

Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, setelah sehari sebelumnya mereka memburunya, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 3, 20, dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 3 tahun turun 1,6 basis poin (bp) ke 4,522%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun melemah 1,5 bp ke 7,396%, dan yield SBN bertenor 25 tahun juga melemah 1,6 bp ke 7,582%.

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik menguat 5,5 bp ke 7,466% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung menurun pada hari ini, di tengah sikap investor yang masih menimbang sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menaikan suku bunga secara agresif.

Data dari CNBC International menunjukkan bahwa yield Treasury tenor 10 tahun melemah 8,9 bp ke posisi 3,216% pada pukul 07:20 waktu AS atau pukul 18:20 WIB, dari sebelumnya di posisi 3,305% pada penutupan perdagangan Kamis kemarin waktu AS.

Investor masih cenderung menghindarkan aset berisiko karena kondisi makroekonomi global masih belum menentu, sehingga mereka cenderung bermain aman dengan masuk ke salah satu aset safe haven yakni obligasi pemerintah.

Investor juga khawatir bahwa langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang secara agresif menaikan suku bunganya dapat diikuti oleh bank sentral lain di seluruh dunia, terutama di Uni Eropa.

Tak hanya itu saja, investor juga cenderung khawatir terhadap tindakan The Fed yang agresif untuk meredam inflasi dan akan membawa ekonomi AS ke jurang resesi.

"Saatnya keluar dari dunia artifisial yakni injeksi likuiditas masif yang terprediksi di mana semua orang terbiasa dengan suku bunga acuan nol, di mana kita bisa bertingkah dengan berinvestasi sebagian di pasar yang tak seharusnya menjadi tujuan investasi," tutur Kepala Penasihat Investasi Allianz Mohamed El-Erian kepada CNBC International.

Investor pun mempertanyakan apakah The Fed dapat melakukan 'soft landing' tanpa mendorong ekonomi AS ke jurang resesi.

Di lain sisi, sejumlah data ekonomi di AS yang telah dirilis pada pekan ini menunjukkan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam.

Sebagai contoh, data perumahan AS yang menunjukkan perlambatan secara bulanan di 14,4% per Mei lalu, kontraksi pada produksi manufaktur di wilayah Philadelphia, dan klaim pengangguran secara mingguan naik dan melampaui ekspektasi pasar.

Tidak hanya itu, angka kepercayaan konsumen di AS menyentuh titik terendah sepanjang sejarah, belanja ritel turun di tengah harga produk dan barang melonjak, dan juga inflasi yang menyentuh rekor tertinggi selama 41 tahun.

Hal ini juga menjadi alasan mengapa investor di AS kembali memburu pasar obligasi pemerintah pada hari ini. Selain itu, yield Treasury yang sudah lebih tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi investor di AS untuk memburu surat utang pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular