Glencore Ramal Bisa Profit US$ 3,2 Miliar, Beneran?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 June 2022 16:50
Cover Topik Insight, Raja Batu Bara
Foto: Cover Insight/ Raja Batu Bara/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan tambang Glencore memperkirakan laba operasi yang divisi perdagangan pada setengah tahun mencapai US$ 3,2 miliar didorong oleh tingginya harga komoditas global dan gangguan pasokan.

Kabar ini kemudian direspon positif oleh pasar. Sebab harga saham Glencore melonjak 3,5% pada perdagangan siang ini di GBP 480,1.

Perusahaan yang berbasis di London tersebut memperkirakan akan ada normalisasi pasar pada semester kedua tahun fiskal.

Harga produk tambang yang dijual Glencore, termasuk batu bara termal yang digunakan untuk menghasilkan listrik, telah melonjak mendekati rekor tertinggi. Penyebabnya adalah gangguan pasokan karena pandemi virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) dan juga konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.

Produksi batu bara sempat terhambat saat Covid-19 pada 2020 tidak bisa bertumbuh lebih cepat dibanding permintaan yang naik setelah pembukaan ekonomi. Hal ini menimbulkan defisit pasokan yang membuat harga batu bara melambung 78,93% sepanjang 2021.

Hal ini diperparah oleh eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Rusia sendiri adalah produsen utama batu bara dunia. Negeri Beruang Merah itu adalah eksportir batu bara terbesar nomor tiga dunia setelah Indonesia dan Australia.

Konflik menghadirkan hukuman bagi Rusia yang membuat banyak pedagang menghindari transaksi dengan Rusia. Akibatnya pasokan batu bara Rusia 'hilang' dari dunia.

Glencore juga menaikkan perkiraannya untuk harga batu bara termal di paruh pertama menjadi antara US$ 82 dan US$ 86 per ton. Perkiraan ini naik dari perkiraan Februari US$ 32,8 per ton untuk sepanjang tahun.

Harga batu bara dunia saat ini tercatat US$ 334,15/ton, naik 130,6% secara point-to-point (ptp) dari awal tahun di US5 144,9/ton.

Glencore mengatakan tahun lalu pihaknya berencana untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050 dan akan mulai menutup operasional tambangnya yang menghasilkan batubara termal, bahan bakar fosil yang paling berpolusi, pada pertengahan tahun 2040-an.

Tetapi sekitar 24% suara investor menentang laporan tentang iklim pada rapat umum tahunan di bulan April. Ini berkaitan dengan kemajuan yang lambat dalam mengurangi produksi batubara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raksasa Tambang Dunia Tutup Operasi & Jual Tambang Nikel, Gegara RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular