Gara-gara RI Harga CPO Melandai Tiga Hari Beruntun
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia kembali terkoreksi di sesi pembukaan perdagangan Jumat (17/6/2022). Kebijakan pemerintah Indonesia yang menerapkan program "flush out" menjadi pemicu tren penurunan tersebut.
Mengacu pada Refinitiv, pukul 08:30 WIB harga CPO di banderol di level MYR 5.455/ton atau turun 0,51%.
Harga CPO telah mengalami penurunan selama hampir 3 hari beruntun. Di sepanjang pekan ini, harga CPO ambles 8,02% dan drop 11,23% secara bulanan.
Minyak sawit berjangka Malaysia di Bursa Malaysia Exchange ditutup anjlok 1,78% ke MYR 5.473/ton (US$1.244,77/ton) dan menjadi posisi terendah sejak 16 Februari 2022.
Lantas, apa penyebab tren penurunan tersebut?
Seperti diketahui, pada Jumat (10/6) pekan lalu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan bahwa pemerintah akan memberlakukan program percepatan penyaluran ekspor atau dikenal sebagai "Flush Out".
Artinya, pemerintah akan memberikan kesempatan kepada produsen CPO yang tidak tergabung dalam program Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) untuk bisa melakukan ekspor degan syarat membayar biaya tambahan sebesar US$ 200 per ton kepada pemerintah.
Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat kegiatan ekspor CPO untuk membantu pabrik-pabrik mengosongkan tangki penyimpanan yang telah penuh karena larangan ekspor di bulan Mei lalu.
Dengan begitu, produsen CPO akan mulai mengekspor CPO lebih banyak dan supply pun berpotensi meningkat.
Namun, dari sisi permintaan, China yang merupakan konsumen terbesar minyak nabati kembali menerapkan lockdown di beberapa kota di Shanghai yang berpotensi menurunkan permintaan CPO.
China memiliki kebijakan zero Covid-19, begitu terjadi kenaikan kasus di suatu wilayah maka akan langsung di-lockdown.
Selain itu, India yang merupakan importir terbesar minyak sawit kedua setelah China, juga menurunkan impor CPOnya dan menambah nilai impor minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Kedua minyak tersebut merupakan minyak alternatif pengganti CPO.
Melansir Reuters, impor minyak sawit India per Mei tercatat turun 10% ketimbang bulan sebelumnya karena Indonesia sempat melarang ekspor CPOnya. Pembelian yang berkurang dari India, tentunya akan membebani pasar minyak nabati dunia.
India hanya mengimpor 514.022 ton minyak sawit pada Mei yang turun dari 572.508 ton pada April. Sementara itu, India telah menaikkan impor minyak kedelai sebanyak 37% menjadi 373.043 ton dan menambah impor minyak bunga matahari lebih dari dua kali lipat ke 118.482 ton.
Maka dari itu, ketika CPO Indonesia mulai membanjiri pasar nabati, tapi demand terhadap CPO berkurang. Sehingga, harga CPO pun menjadi turun.
Bahkan, beberapa jam setelah pemerintah Indonesia mengumumkan program flush out, harga CPO langsung ambles hingga 4,67% pada Jumat (10/6).
Sejak saat itu harga CPO masih menunjukkan tren bearish hingga di perdagangan hari ini, walaupun sempat naik tipis pada Selasa (14/6).
Analis CGS CIMB Ivy Ng Lee Fang memproyeksikan bahwa harga CPO cenderung turun pada paruh kedua tahun ini atau semester II-2022 karena potensi pasokan minyak nabati yang meningkat pada akhir Juni.
Dia menilai bahwa harga CPO dapat diperdagangkan di kisaran MYR 5.500- 6.500/ton pada Juni karena pasokan akan meningkat 5,1% secara bulanan menjadi 1,6 juta ton. Sedangkan perkiraan untuk tahun 2022 dan 2023 masing-masing berada di MYR 5.600/ton dan MYR 3.800/ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)