Pasokan Gas dari Negaranya Putin Seret, Harga Minyak Melesat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 June 2022 07:20
Presiden Rusia Vladimir Putin
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri Upacara Pemberian Penghargaan Negara di Istana Grand Kremlin di Moskow, Rusia, Minggu (12/6/2022). (Photo by Contributor/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak bangkit pada perdagangan kemarin. Maklum, harga si emas hitam sudah 'tertindas' selama beberapa hari terakhir.

Kemarin, harga minyak jenis brent ditutup di US$ 119,81/barel. Melonjak 1,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 117,59/barel. Melesat 1,98%.

Sepertinya investor memanfaatkan harga minyak yang sudah 'murah' akibat koreksi yang terjadi selama berhari-hari. Buktinya, meski hari ini naik tetapi harga brent dan light sweet masih melemah 3,23% dan 3,82% dalam seminggu terakhir.

Halaman Selanjutnya --> Pasokan Gas Rusia Berkurang

Selain itu, ada ekspektasi permintaan minyak bakal tinggi. Penyebabnya adalah pasokan gas alam yang seret, utamanya di Eropa.

Pasokan gas dari Rusia melalui pipa Nord Stream 1 berkurang drastis, hingga 40%. Moskow berkilah penurunan itu akibat pemeliharaan yang sedang berlangsung.

Sebelumnya, para pemimpin Jerman, Italia, dan Prancis berkunjung ke Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak negara-negara Eropa untuk menambah pasokan amunisi untuk melawan serangan Rusia. Zelensky juga mendesak agar Ukraina segera masuk menjadi anggota Uni Eropa.

Dmitry Peskov, Juru Bicara Pemerintah Rusia, menegaskan bahwa penurunan pasokan gas di pipa Nord Stream 1 tidak ada kaitannya dengan agenda politik tersebut. Dia menyebut ini murni masalah teknis.

Namun Jerman dan Italia tidak terima. Kedua negara tersebut menilai langkah Negeri Beruang Merah berbau politik, untuk menaikkan posisi tawar.

"Alasan (penurunan pasokan gas) mungkin ada banyak. Bisa jadi karena kesulitan suku cadang karena Rusia sedang dikenakan sanksi, tetapi bisa juga bermotif politik yaitu balas dendam," tegas Roberto Cingolani, Menteri Transisi Lingkungan Italia, sebagaimana diwartakan Reuters.

Apapun itu, yang jelas Eropa harus tetap hidup, harus tetap dialiri energi. Kalau tidak ada gas, minyak pun jadi. Ekspektasi peningkatan permintaan membuat harga minyak melonjak.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular