Rekor Terendah Bitcoin Belum yang Terburuk, Masih Bisa Turun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin jatuh ke level terendah dalam sekitar 18 bulan dan banyak kekhawatiran dialami oleh pelaku pasar. Namun, menurut CEO Indodax Oscar Darmawan, hal ini hanya sesuai yang wajar dari kurva empat tahunan.
Kejatuhan Bitcoin kali ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada 2018 juga pernah terjadi hal serupa.
"Setelah harga tertinggi pada 2017, harga kripto berjatuhan hingga 80%. Kala itu, harga di Indonesia turun dari Rp 250 juta menjadi Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per keping yakni ke titik terendah," kata Oscar kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/6/2022).
Melihat data historis tersebut, Oscar memprediksi kalau harga kripto akan turun hingga US$ 14 ribu per keping sebagai titik terendahnya. "Ini wajar, sudah terjadi dua kali dan ini ketiga kali pada 2013 juga turun hingga 80%, itu adalah titik di mana orang tidak mau lagi melepas suplai ke market dan karena saat ini belum turun sampai 80% masih bisa turun lagi," sambung Oscar.
Sementara itu, Ekonom Digital INDEF, Nailul Huda mengatakan kalau pergerakan harga bitcoin akan mempengaruhi harga koin lainnya, namun tidak bisa dipungkiri kalau kenaikan suku bunga The Fed juga mempengaruhi harga koin-koin tersebut.
"Semua market dipengaruhi likuditas dari The Fed yang menaikkan suku bunga. Kalau naik terus mungkin orang akan lebih memilih uangnya di perbankan, bukan di saham dan juga kripto," jelas Nailul kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/6/2022).
Namun menurut Nailul, hal itu dilakukan bukan karena karena diversifikasi namun karena return akan lebih besar karena kenaikan suku bunga The Fed.
"Nampaknya di aset kripto juga menunggu apa yang dilakukan The Fed makanya bergerak negatif dan aset kripto merah, bukan cuma bitocin tapi Ethereum," jelas Nailul.
(RCI/dhf)