Deg Deg Ser Tunggu Hasil Rapat Fed, Yield SBN Ditutup Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 15/06/2022 18:58 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan Rabu (15/6/2022), di mana investor cenderung wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS).

Sikap investor di pasar obligasi pemerintah RI pada hari ini cenderung beragam, di mana di SBN tenor 1, 10, 15, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) dan harganya yang melemah.

Sebaliknya, di SBN tenor 3, 5, 20, dan 30 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan harganya yang menguat.


Melansir data dari Refinitiv, dari SBN yang mengalami kenaikan yield, SBN tenor 15 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini, yakni sebesar 14,4 basis poin (bp) ke 7,5%.

Sedangkan dari SBN yang mengalami penurunan yield, SBN tenor 3 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya hari ini, yakni turun sebesar 5,3 bp ke 4,574%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menguat 2,2 bp ke 7,435%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung menurun pada pagi hari ini waktu AS, jelang pengumuman kebijakan moneter terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung melemah signifikan sebesar 10,6 bp ke 3,377% pada pukul 07:05 waktu AS atau pukul 18:05 WIB, dari sebelumnya pada penutupan Selasa kemarin di posisi 3,483%.

Investor cenderung wait and see dan menanti hasil dari rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang digelar pada Selasa dan Rabu waktu AS.

Pasar memprediksi bahwa The Fed akan mengambil tindakan yang agresif setelah inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS per Mei 2022 melonjak hingga menyentuh 8,6% secara tahunan (yoy) dan menjadi yang tertinggi sejak 1981.

Investor tadinya mengharapkan kenaikan sekitar 50 basis poin (bp) pada suku bunga acuan, tetapi, dengan melihat IHK per Mei yang kian panas membuat investor menaikkan prediksinya.

Para pelaku pasar bertaruh dengan peluang 95% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) dan menjadi yang tertinggi sejak 1994, jika mengacu pada alat FedWatch.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas