
Deg Deg Ser Tunggu Rapat The Fed, Harga Minyak Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun pada perdagangan pagi hari ini. Seperti di pasar saham dan valas, investor di pasar komoditas pun harap-harap cemas menantikan hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed.
Pada Rabu (15/6/2022) pukul 07:16 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 120,88/barel. Turun 0,24% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 118,82/barel. Berkurang 0,09%.
Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) akan menggelar rapat dan memutuskan suku bunga acuan. Hasilnya diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pasar berekspektasi Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 1,5-1,75%. Mengutip CME FedWatch, peluangnya adalah 99,7%.
![]() |
"Bahkan pasar mencemaskan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi lagi. Ini akan membuat pasar saham dan harga minyak melemah," kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> Ekonomi Melambat, Konsumsi Energi Terhambat
Tidak heran investor di pasar komoditas juga menunggu keputusan The Fed. Sebab, suku bunga akan menentukan arah perekonomian Negeri Paman Sam.
Dengan inflasi AS yang mencapai 8,6% year-on-year/yoy pada Maei 2022 (tertinggi sejak 1981), The Fed tentu bakal agresif menaikkan suku bunga acuan. Tujuannya adalah mengurangi jumlah uang beredar sehingga ekspektasi inflasi mereda. Sebab, inflasi pada dasarnya adalah penurunan nilai uang berbanding harga barang dan jasa.
Namun 'obat' untuk menyebuhkan inflasi itu punya efek samping. Saat suku bunga tinggi, ekspansi rumah tangga dan dunia usaha akan lebih terbatas. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat.
Bank Dunia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Stars and Stripes pada 2022 tumbuh 2,5%. Jauh lebih rendah ketimbang 2021 yang mencapai 5,7%.
Perlambatan ekonomi berarti konsumsi energi juga akan berkurang. Padahal AS adalah konsumen minyak terbesar di Planet Bumi. Oleh karena itu, perkembangan di AS bisa sangat menentukan harga minyak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak