Pasar Coba Bangkit, Wall Street Bergerak Variatif di Opening

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
14 June 2022 22:06
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada pembukaan perdagangan Selasa (14/6/2022), di mana pasar berusaha untuk pulih dari penurunannya yang mendorong indeks S&P 500 masuk ke bear market (zona penurunan).

Dow Jones cenderung flat di pembukaan dan selang 1 jam kemudian menjadi minus 6,52 poin (-0,02%) ke 30.510,22. Sementara itu, S&P 500 tumbuh 4,56 poin (+0,12%) ke 3.754,19 dan Nasdaq naik 21,93 poin (+0,2%) ke 10.831,16.

Investor masih menunggu pengumuman kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada akhir pekan ini. Saham Oracle lompat 8% di pembukaan perdagangan setelah mereka melaporkan kinerja keuangan yang baik karena permintaan bertambah.

Saham FedEx melejit 12% setelah mengumumkan penambahan tiga direktur baru, menjadi kinerja terbaik dalam 20 tahun terakhir. Namun saham perjalanan tertekan, di mana Carnival dan Norwegian Cruise anjlok lebih dari 1%. Saham maskapai Delta dan United Airlines juga tertekan 1%.

Pergerakan tersebut terjadi setelah aksi jual yang intens kemarin, di mana indeks S&P 500 anjlok 3,9% ke titik terendah sejak Maret 2021 dan berada 21% di bawah rekor tertingginya di Januari. Indeks S&P 500 berakhir di bear market untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.

Sementara itu, indeks Dow Jones merosot 2,8% dan berada 17% di bawah rekor tertingginya. Nasdaq jatuh hampir 4,7% dan berada 33% dari rekor tertingginya di November. Penurunan tersebut terjadi karena meningkatnya kecemasan investor terhadap The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuannya lebih dari yang diharapkan.

Investor melihat peluang sebanyak 90% terhadap kenaikan sebanyak 75 basis poin pada pertemuan The Fed yang berlangsung dua hari hingga besok, jika mengacu pada CME FedWatch.

Ekspektasi pasar berubah ketika imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun secara singkat mencapai 3,4% pada Senin (13/6). Yield obligasi acuan tersebut turun kembali menjadi sekitar 3,32% pada hari ini.

"Akibatnya, risiko resesi yang diinduksi Fed meningkat dalam pandangan kami dan kemungkinan resesi dalam enam bulan ke depan telah meningkat," tutur Ketua Perencana UBS Mark Haefele dikutip CNBC International.

Investor di Wall Street masih menunggu data Indeks Harga Produsen (IHP) per Mei yang akan dirilis sebelum perdagangan dibuka pukul 08:30 pagi waktu setempat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular