Rupiah Anjlok ke 14.600/US$, Simak Penjelasan Lengkap BI!

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
Senin, 13/06/2022 10:20 WIB
Foto: Jaga Stabilitas Rupiah, BI Waspadai 3 Sentimen Global Ini (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) alami penguatan signifikan pada hari ini. Nilai tukar rupiah juga terkena dampaknya seperti banyak mata uang negara lainnya.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Senin (13/6/2022) menjelaskan bahwa kondisi ini dikarenakan realisasi inflasi AS.  Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung jeblok 0,34% level Rp 14.600/US$, melansir data Refinitiv


"Rupiah dibuka melemah cukup signifikan dibandingkan closing di Jumat minggu lalu, sebagai dampak dari rilis data CPI US di Jumat kemarin yang meningkat," jelasnya.

Data terbaru menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6% year-on-year (yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981.

Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6% (yoy). Secara bulanan (month-to-month/mtm) inflasi naik 1% dan inflasi inti 0,6% (mtm).

Rilis inflasi tersebut membuat bank sentral AS (The Fed) akan tetap menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini. Bahkan pasar melihat ada peluang The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin saat pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/6/2022) nanti.

"Hal ini mendorong selama jumat di pasar NY, DXY menguat signifikan (closing pasar NY naik ke 104,15) dan UST-10 year yang melemah signifikan (closing pasar NY naik ke 3,16)," paparnya.

Namun patut dipahami, keperkasaan dolar AS juga dirasakan oleh mata uang lain. seperti di Asia, di mana hampir kebanyakan mata uang melemah. "Mata uang Asia lainnya juga dibuka rata-rata melemah," imbuhnya.

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Gedung BI

Edi menyampaikan pihaknya akan memantau ketat pergerakan nilai tukar di pasar. BI siap mengambil langkah intervensi apabila dibutuhkan demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Saya melihat pasar sampai saat ini meskipun melemah tapi offer masih lumayan banyak mas. Kita terus monitor, tentu BI akan ada di pasar kalau mekanisme pasar timpang (bid - offer timpang)," tegasnya.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BI & The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG Melemah Lebih Dari 1%