Fed Bisa Kerek Bunga 75 Bps, Awas Rupiah Jeblok Pekan Ini!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 13/06/2022 08:15 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan lalu melemah 0,8% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.550/US$. Dalam 5 hari perdagangan rupiah hanya menguat sekali saja, dan berisiko melemah lagi pada perdagangan pekan ini.

Tekanan besar bagi rupiah datang dari eksternal, khususnya pasca rilis data inflasi di Amerika Serikat.

Data terbaru menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6% year-on-year (yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981. Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6% (yoy).


Secara bulanan (month-to-month/mtm) inflasi naik 1% dan inflasi inti 0,6% (mtm).

Rilis inflasi tersebut membuat bank sentral AS (The Fed) akan tetap menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini. Bahkan pasar melihat ada peluang The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin saat pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/6/2022) nanti.

Foto: CME Group

Hal tersebut terlihat dari perangkat FedWatch milik CME group, di mana ada probabilitas sebesar 27,5% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Probabilitas tersebut mengalami kenaikan dari hanya 1% saja sebelum rilis data inflasi.

Jika itu terjadi, artinya The Fed lebih agresif dari lagi, sebab pada bulan lalu sang ketua Jerome Powell menyatakan suku bunga akan dinaikkan sebesar 50 basis poin.
Sehingga rupiah berisiko tertekan di pekan ini.

Secara teknikal rupiah yang disimbolkan USD/IDR kembali melemah setelah menyentuh menyentuh rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA100) di sekitar Rp 14.415/US$.

Pelemahan dalam 4 hari membuat rupiah kini kembali ke atas MA 50. Artinya rupiah bergerak di atas tiga MA lagi, tentunya tekanan lebih besar.

Sebelum melemah 4 hari terakhir, rupiah memulai tren penguatan setelah menyentuh resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8% 19 Mei lalu.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan keluar dari wilayah oversold.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic tersebut tentunya berisiko membuat rupiah melemah.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.600/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.630/US$ hingga Rp 14.650/US$ di pekan ini. Resisten selanjutnya berada di kisaran Rp 14.700/US$ hingga Rp 14.720/US$.

Sementara itu selama bertahan di bawah resisten, ada peluang rupiah menguat ke Rp 14.520/US$ hingga Rp 14.500/US$. Penembusan ke bawah level tersebut bisa membawa rupiah menguat ke Rp 14.460/US$ - Rp 14.450/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BI & The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG Melemah Lebih Dari 1%