Mayoritas Yield SBN Naik Lagi, Tenor 5 Tahun Paling Tinggi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 10/06/2022 19:07 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (10/6/2022) akhir pekan ini, di mana investor cenderung wait and see jelang rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) bulan Mei 2022.

Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 15, 20, dan 30 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan penguatan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun melemah 1,3 basis poin (bp) ke posisi 7,339%, sedangkan yield SBN bertenor 20 tahun turun 0,4 bp ke 7,347%, dan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun turun tipis 0,2 bp ke 7,281%.


Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 3,3 bp ke 7,22% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung kembali melemah pada pagi hari ini waktu AS, jelang rilis data inflasi AS pada Mei 2022.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung turun 0,6 bp ke 3,036%, dari sebelumnya pada penutupan Kamis kemarin di level 3,042%.

Meski cenderung melandai, tetapi yield Treasury tenor 10 tahun masih berada di kisaran 3% hingga hari ini.

Investor menanti rilis data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS pada periode Mei 2022, yang akan dirilis pada malam ini waktu Indonesia.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan IHK AS bulan lalu berada di 8,3% (year-on-year/yoy), tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi masih bertahan di level yang sangat tinggi.

Jika inflasi masih tinggi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) ke 1,25-1,5% dalam rapat bulan ini. Peluang ke arah sana mencapai 94,9%.

Kenaikan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Suku bunga tinggi akan membuat biaya ekspansi emiten menjadi lebih mahal sehingga laba akan tergerus. Hal inilah yang menjadi pemberat pasar saham global pada hari ini, sehingga pasar saham global kembali terkoreksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas