Menanti Rilis Inflasi AS, IHSG Ditutup Melemah 0,9% di Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
10 June 2022 12:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi pertama Jumat (10/6/2022). Investor tidak berani agresif karena masih menanti rilis data inflasi Negeri Paman Sam periode Mei 2022 malam nanti (WIB).

IHSG dibuka melemah 0,55% di posisi 7.143,24 dan berakhir melemah 0,91% atau 65,27 poin ke 7.117,56 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun Rp 9,4 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi I siang ini. Alih-alih masuk level 7.200, IHSG justru semakin jauh dengan level psikologis ini.

Level terendah berada di posisi 7.078,47 pada pembukaan perdagangan dan level tertinggi intraday ada di posisi 7.160,12. Level ini pun masih lebih rendah dibanding penutupan perdagangan kemarin, 7.182,83.

Mayoritas saham melemah yakni sebanyak 365 unit, sedangkan 163 unit lainnya menguat dan 151 sisanya stagnan. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) jumbo senilai Rp 244,65 miliar di pasar reguler.

Dua saham yang mereka buru hari ini yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 77,9 miliar dan Rp 24 miliar. BMRI tercatat anjlok 2,67% ke Rp 8.200/unit dan ASII longsor 2,43% di Rp 7.025/unit.

Sementara itu, saham yang paling banyak dilepas adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 125,4 miliar dan 55,5 miliar. BBNI tercatat anjlok 4,32% ke Rp 8.300/unit sedangkan ANTM turun 2,08% ke Rp 2.350/unit.

Untuk perdagangan hari ini, sentimen terkait inflasi, kebijakan moneter hingga pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga keuangan dunia seperti World Bank masih menjadi sentimen yang menggerakkan pasar.

Pelaku pasar juga masih cenderung memasang modewait and see. Data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Mei akan dirilis malam ini waktu Indonesia oleh karena itu, investor sepertinya tidak berani bermain agresif di pasar saham.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu berada di 8,3% (yoy), tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi masih bertahan di level yang sangat tinggi. Jika inflasi masih tinggi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 1,25-1,5% dalam rapat bulan ini. Peluang ke arah sana mencapai 94,9%.

Kenaikan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Suku bunga tinggi akan membuat biaya ekspansi emiten menjadi lebih mahal sehingga laba akan tergerus.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Market Focus: Risiko Inflasi RI Hingga THR dari Emiten

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular