Wall Street Tertekan pada Pembukaan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan pada pembukaan perdagangan Rabu (8/6/2022), di tengah upaya investor mencermati risiko terbukanya kembali resesi di tengah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi acuan pemerintah AS.
Dow Jones surut 51 poin (-0,2%) di pembukaan dan selang 30 menit kemudian menjadi 71,64 poin (-0,22%) ke 33.108,5. Sementara itu, S&P 500 melemah 3,2 poin (-0,08%) ke 4.157,48 dan Nasdaq mundur 54,13 poin (+0,44%) ke 12.229,37.
Kemarin, investor mengabaikan beberapa tanda perlambatan ekonomi menjelang pembacaan inflasi utama. Indeks S&P 500 naik hampir 1%, melesat untuk dua hari beruntun, sedangkan indeks Dow Jones menguat 260 poin dan Nasdaq naik tipis 0,9%.
Saham Credit Suisse melemah setelah perseroan memprediksi kinerjanya masih akan terbebani efek perang Ukraina. Saham Intel anjlok lebih dari 4%. Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenr 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-menguat kembali ke level 3%.
Berdasarkan platform pemantau pertumbuhan ekonomi versi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), GDPNow Fed Atlanta, memprediksi ekonomi AS akan tumbuh hanya 0,9% pada kuartal II-2022, turun dari prediksinya pada pekan lalu yang berada di 1,3%.
"Pasar telah menerima berita ini dengan jauh lebih baik ketimbang sebaliknya tetapi jika saya sepenuhnya investasi di pasar sekarang, saya akan hindari beberapa saham. Saya akan menunggu nilai yang bisa disediakan," kata Kepala Penasihat Ekonomi Allianz Mohamed El-Erian kepada CNBC International.
Semua mata tertuju pada rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Mei yang dijadwalkan akan dirilis pada Jumat (10/6). Banyak yang meyakini angka tersebut mempengaruhi laju kebijakan The Fed terkait penaikan suku bunga sebesar 50 basis poin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Yield US Treasury Naik Lagi, Wall Street Dibuka di Zona Merah
(ags/ags)