Ekonominya 'Diacak-acak' Amerika, Rusia Babat Suku Bunga

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2022 17:10
Russian President Vladimir Putin gestures while speaking during a meeting with business community in the Kremlin in Moscow, Russia, Wednesday, Dec. 25, 2019. (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)
Foto: Vladimir Putin (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral di dunia kini dalam tren menaikkan suku bunga guna meredam kenaikan inflasi. Tetapi tidak semua bank sentral melakukannya, beberapa malah ada yang memangkas suku bunga.

Bank sentral Rusia (Central Bank of Rusia/CBR) menjadi yang paling agresif dalam memangkas suku bunga. Namun, pemangkasan tersebut dilakukan setelah sebelumnya sempat mengerek suku bunga menjadi 20% dari sebelumnya 9,5% pada Maret lalu.

Perang dengan Ukraina membuat Amerika Serikat (AS) dan sekutu memberikan banyak sanksi ke negara pimpinan Presiden Vladimir Putin ini. Mulai dari sanksi perdagangan, keuangan, hingga ke individual.

Dari sektor keuangan, setidaknya tujuh bank dan institusi Rusia dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank.

Selain akan memutus SWIFT dari Rusia, Amerika Serikat dan sekutunya juga membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri. Sebelum perang Rusia-Ukraina dimulai akhir Februari lalu, cadangan devisa Rusia mencapai US$ 643 miliar, sekitar setengahnya ditempatkan di luar negeri.

Alhasil, nilai tukar rubel jeblok hingga lebih dari 100% ke rekor terlemah sepanjang sejarah RUB 150/US$. Dampaknya, inflasi meroket dan perekonomian terpuruk.

Langkah cepat CBR menaikkan suku bunga serta kebijakan capital control yang diterapkan Putin sukses membalikkan keadaan. Rubel kini menjadi mata uang terbaik di dunia, Pada perdagangan Rabu (8/6/2022) diperdagangkan di kisaran RUB 61/US$ atau menguat lebih dari 21% melawan dolar AS sepanjang tahun ini.

Rubel yang berbalik menguat membuat inflasi menjadi melandai, CBR pun punya ruang untuk menurunkan suku bunga guna memacu kembali perekonomian yang merosot akibat sanksi AS dan sekutu.

Tidak tanggung-tanggung, CBR membabat suku bunganya hingga 900 basis poin menjadi 11%. Rubel masih tetap kuat meski CBR sangat agresif dalam memangkas suku bunga.

Dalam pengumuman kebijakan moneter yang dilakukan Kamis (26/5/2022), CBR memangkas suku bunga sebesar 300 basis poin, menyusul dua pemangkasan sebelumnya dengan besar yang sama.

"Berkat rubel yang menguat, inflasi menjadi turun lebih cepat dari yang kami perkirakan. Ini memungkinkan kamu untuk menurunkan suku bunga tanpa memicu kenaikan inflasi yang baru," kata Nabiullina, sebagaimana dilansir Reuters.

Ia juga menyatakan masih ada ruang untuk kembali menurunkan suku bunga.

Nabiullina sebagaimana dilansir Reuters mengatakan risiko inflasi mulai mereda, tetapi perekonomian Rusia kini memasuki periode transformasi secara struktural dan perbankan membutuhkan dukungan modal.

"Kami membuka kemungkinan suku bunga kembali diturunkan dalam rapat kebijakan moneter selanjutnya," tegas Nabiullina.

CBR akan mengumumkan kebijakan moneter pada Jumat (10/6/2022) nanti, hasil survei Reuters menunjukkan suku bunga akan kembali dipangkas sebesar 100 basis poin menjadi 10%.

Tidak hanya itu, CBR diperkirakan akan terus memangkas suku bunga hingga menjadi 8% di akhir tahun nanti. Hal ini tidak lepas dari inflasi yang semakin melandai.

Sepanjang tahun 2022 inflasi diperkirakan sebesar 16,4%, nyaris 2 kali lipat dari tahun lalu 8,4%. Tetapi ekspektasi tersebut lebih rendah dari proyeksi bulan lalu sebesar 20,5%.

Survei dari Reuters tersebut juga menunjukkan perekonomian Rusia akan mengalami kontraksi 7,6% di tahun ini, lebih baik ketimbang proyeksi sebelumnya sebesar 8,4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Perang, Begini Nasib Suku Bunga Acuan dan Rubel Rusia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular