Bursa Asia Ditutup Beragam, Hang Seng-Shanghai Melejit

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 06/06/2022 17:05 WIB
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (6/6/2022) awal pekan ini, di mana survei menunjukkan adanya kontraksi aktivitas di sektor jasa China untuk bulan Mei lalu.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,56% ke level 27.915,89, Hang Seng Hong Kong melejit 2,71% ke 21.653,9, dan Shanghai Composite China melesat 1,28% ke posisi 3.236,37.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura ditutup turun 0,17% ke level 3.226,63, ASX 200 Australia melemah 0,47% ke 7.206,3, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir ambles 1,2% ke posisi 7.096,58.


Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional memperingati Memorial Day atau Hari Pahlawan.

Di Hong Kong, saham teknologi China melonjak dan menjadi penopang Hang Seng, setelah adanya laporan dari Wall Street Journal (WSJ) bahwa regulator di China sedang menyelesaikan penyelidikan terhadap perusahaan ride-hailing Didi dan dua perusahaan teknologi lainnya yang terdaftar di Amerika Serikat (AS).

Regulator berencana untuk mencabut larangan perusahaan menambahkan pengguna baru di platform mereka, dan mengizinkan aplikasi mereka kembali di pasar domestik.

Saham Alibaba melonjak 5,04%, sedangkan saham Meituan terbang 9,93%, dan saham Baidu melejit 5,18%.

Sementara itu di China, data aktivitas jasa yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) periode Mei 2022 versi Caixin tercatat 41,4. Naik lumayan tajam dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang 36,2.

Akan tetapi, PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau masih di bawah 50, maka artinya masih terjadi kontraksi, belum ada ekspansi. Dengan demikian, PMI Jasa China masih berada di zona kontraksi.

Aktivitas jasa-jasa China masih terkontraksi untuk bulan ketiga berturut-turut. Hal ini menujukan pemulihan yang lambat meskipun sudah ada pelonggaran lockdown di beberapa kota.

Aktivitas manufaktur dan jasa di China mengalami kontraksi pada bulan Maret lalu karena ekonomi menghadapi tekanan dari kontrol penyebaran Covid-19 yang ketat.

Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik juga masih cenderung berhati-hati karena kondisi global yang masih belum memungkinkan.

Sementara itu di AS, kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS bergerak lebih tinggi sedikit di perdagangan hari ini setelah penurunan pekan lalu, di mana investor masih memperkirakan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengetatkan kebijakan moneternya secara agresif untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.

Hal ini masih dikhawatirkan oleh investor setelah rilisnya data ketenagakerjaan terbaru. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, Departemen Ketenagakerjaan AS mengumumkan perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 390.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) pada Mei 2022. Ini adalah pencapaian terendah sejak April 2021.

Meski demikian, realisasi tersebut jauh di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan non-farm payroll berada di 325.000.

Jadi meski angka penciptaan lapangan kerja relatif rendah, tetapi tetap jauh di atas perkiraan. Artinya, pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam masih berada di jalur yang tepat.

Oleh karena itu, pasar menilai The Fed masih tetap akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.

Pada akhir 2022, berdasarkan CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mengerek Federal Funds Rate ke 2,75-3% dengan probabilitas 54,6%. Saat ini suku bunga acuan masih di 0,75-1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor