
Akhir Pekan Investor Masih Buru SBN, Yieldnya Turun Lagi

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Jumat (3/6/2022) akhir pekan ini, di tengah cenderung menguatnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari ini.
Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 15 dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan harganya yang melemah.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun menguat 1,9 basis poin (bp) ke level 7,342%, sedangkan yield SBN tenor 25 tahun naik 1,1 bp ke level 7,561%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali melemah 5 bp ke level 6,996%. Yield SBN tenor 10 tahun mulai menyentuh kembali kisaran level 6,9%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah AS (Treasury) cenderung menguat pada pagi hari ini waktu AS, karena investor memantau rilis data pekerjaan AS pada bulan Mei lalu.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung naik 0,4 bp ke level 2,919%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis kemarin di level 2,915%.
Data tenaga kerja menunjukkan kenaikan lapangan kerja baru dalam laju yang terlambat sejak era pandemi. Lapangan kerja di sektor swasta bertambah hanya 128.000 pada Mei, jika mengacu pada data ADP.
Angka itu d bawah estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 299.000. Di sisi lain Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran baru pekan lalu turun di bawah perkiraan pasar.
Wakil Kepala bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Lael Brainard kepada CNBC International mengatakan bahwa kecil kemungkinan bank sentral akan mengambil jeda di tengah kebijakan kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
"Saat ini, sangat sulit melihat pemicu perlu adanya jeda tersebut," tutur Brainard kepada CNBC International.
"Kami masih memiliki banyak pekerjaan untuk menurunkan inflasi menuju target kami sebesar 2%," tambah Brainard.
Pada hari ini, investor akan menantikan rilis data pekerjaan AS pada bulan lalu. Ekonom dalam survey Dow Jones memperkirakan ada 328.000 pekerjaan baru pada bulan lalu, turun sebesar 100.000 dari April lalu. Perkiraan konsensus meminta upah naik 0,4%, lebih cepat dari kenaikan 0,3% April.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi